Sebelum kita membahas apa perbedaan antara berfikir ilmiah dengan sederhana, pengertian-pengertiannya, dan bagaimana penerapannya. Akan lebih mudah kita pahami jika kita ikuti kisah berikut ini terlebih dulu.
Tersebutlah sebuah kisah.
(Mohon dibaca dengan baik)
---
Suatu hari seorang profesor mengajak anaknya, yang masih kelas 1 SD, menuju ke kantornya, mumpung sekolah full day-nya sedang libur. Padahal sebenarnya sejak pagi, si anak ingin diajak ke taman bermain. Tetapi karena profesor tersebut sedang banyak tugas yang belum selesai di kantor, sedangkan dia juga single parent, tanpa pembantu. Tidak ada sanak famili yang lain yang bisa menemani si anak. Akhirnya dengan terpaksa, si anak membatalkan keinginannya ke taman bermain.
Setiba mereka di kantor, mereka disapa seorang wanita cantik yang biasanya sehari-hari bertemu dengan profesor di kantor. Terjadilah percakapan singkat antara si wanita, profesor, dan si anak.
Si wanita: “Selamat pagi, Prof!”
Profesor: “Ya, selamat pagi.” (sambil tersenyum)
Si wanita: “Anaknya ya prof, adududu manis sekali, mirip ayahnya.”
Profesor: “Iya, ini anak saya.” (sambil tersenyum)
Si wanita: “Adeek pastinya bangga ya punya ayah yang bergelar profesor.”
Si anak: “Tidak, aku tidak mau mengakui dia sebagai ayah saya.” (jawab dia dengan kesal)
Si wanita: “Lho nggak baik lho ngomong begitu, ayahmu khan baik sama kamu.”
Si anak: “...” (hanya diam, tidak mau menjawab)
Si wanita bingung dan memandang profesor. Profesor hanya bisa tersenyum.
---
Jawablah pertanyaan ini terlebih dulu
Ikutilah lanjutan cerita di bawah ini dan saya yakin Anda akan merubah kesimpulan Anda.
Tersebutlah sebuah kisah.
(Mohon dibaca dengan baik)
---
Suatu hari seorang profesor mengajak anaknya, yang masih kelas 1 SD, menuju ke kantornya, mumpung sekolah full day-nya sedang libur. Padahal sebenarnya sejak pagi, si anak ingin diajak ke taman bermain. Tetapi karena profesor tersebut sedang banyak tugas yang belum selesai di kantor, sedangkan dia juga single parent, tanpa pembantu. Tidak ada sanak famili yang lain yang bisa menemani si anak. Akhirnya dengan terpaksa, si anak membatalkan keinginannya ke taman bermain.
Setiba mereka di kantor, mereka disapa seorang wanita cantik yang biasanya sehari-hari bertemu dengan profesor di kantor. Terjadilah percakapan singkat antara si wanita, profesor, dan si anak.
Si wanita: “Selamat pagi, Prof!”
Profesor: “Ya, selamat pagi.” (sambil tersenyum)
Si wanita: “Anaknya ya prof, adududu manis sekali, mirip ayahnya.”
Profesor: “Iya, ini anak saya.” (sambil tersenyum)
Si wanita: “Adeek pastinya bangga ya punya ayah yang bergelar profesor.”
Si anak: “Tidak, aku tidak mau mengakui dia sebagai ayah saya.” (jawab dia dengan kesal)
Si wanita: “Lho nggak baik lho ngomong begitu, ayahmu khan baik sama kamu.”
Si anak: “...” (hanya diam, tidak mau menjawab)
Si wanita bingung dan memandang profesor. Profesor hanya bisa tersenyum.
---
Jawablah pertanyaan ini terlebih dulu
- Bagaimana pendapat Anda tentang kisah tersebut?
- Menurut Anda, apa karakter dari masing-masing tokoh tersebut? (si wanita cantik, si profesor, dan si anak)
- Siapakah yang sebenarnya bersalah dalam kisah tersebut?
- Solusi apa yang seharusnya dilakukan oleh profesor dan si wanita?
Ikutilah lanjutan cerita di bawah ini dan saya yakin Anda akan merubah kesimpulan Anda.