Dalam artikel kali ini saya ingin menjelaskan, “
Kenapa sih
anak butuh bermain dengan ortu?”. Karena terus terang efeknya sangat baik bagi tumbuh kembang anak menurut para pakar dan pengalaman saya pribadi sebagai orangtua.
Peran Figur Orangtua
Ide menulis artikel ini diawali ketertarikan saya terhadap pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan yang menyampaikan bahwa kompetensi yang dituntut dari generasi abad 21 adalah
kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Ayah dan bunda memiliki peran penting dalam menyiapkan generasi abad 21 agar memiliki kemampuan-kemampuan tersebut.
Peran ayah dan bunda dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat penting. Anak tumbuh dan berkembang membutuhkan dua figur, yaitu figur ayah dan figur ibu. Ayah memberikan pengalaman mengenai logika, tantangan, keberanian dan pengambilan keputusan. Sedangkan ibu memberikan kelembutan, kasih sayang, insting, imajinasi, dan tanggungjawab (Isti’anah, 2010: 18). Interaksi antara ayah dan bunda dengan anak akan mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Mengapa? ini karena kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi (Dewi, 2013: 1). Anak tanpa figur ayah dalam dirinya akan menjadi anak yang kurang percaya diri atau tidak pandai mengambil sikap. Anak tanpa figur bunda akan menjadi anak yang kurang bertanggungjawab dan miskin imajinasi. Oleh karena kritis dan kreatif membutuhkan setidaknya pengalaman imajinasi, logika yang baik, tanggungjawab, dan keberanian dalam mengambil keputusan, maka interaksi ayah dan bunda terhadap anak-anaknya sangat dibutuhkan agar terjadi transfer pengalaman-pengalaman tersebut dari orangtua kepada anak.
Komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak juga mempengaruhi kemampuan komunikasi anak. Menurut Wijanarko (2005: 39) bahwa untuk melatih anak untuk bisa berkomunikasi yang baik, peran orang tua sangatlah penting dalam memberi contoh, bagaimana suami dan istri menjadi teman bicara yang baik dan juga orang tua menjadi teman bicara yang baik bagi anak-anak.
Orangtua dapat menciptakan kesempatan berkomunikasi yang baik dengan anak-anak sejak dini dengan memulainya melalui permainan. Media permainan bisa menjadi salah satu cara untuk mempermudah dalam memulai topik pembicaraan.
Manfaat Bermain dan Media Permainan
Bagi seorang guru sekalipun membutuhkan media pembelajaran untuk memudahkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini berlaku pula bagi orang tua dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan komunikasi pada anak-anak perlu menggunakan media permainan untuk mempermudah transfer pengetahuan dan pengalaman orang tua ke anak.
Kita tentu tahu bahwa sejak usia balita, manusia sudah melakukan aktivitas belajar. Anda tentu sering mendengar bahwa balita belajar melalui
bermain, tapi mengapa balita dapat belajar dengan bermain? Hal itu karena sejak lahir, balita aktif dalam membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri. Mereka melakukan ini dengan melakukan percobaan, pengamatan, dan berpartisipasi dengan anak-anak lain dan orang dewasa melalui permainan.
Ketika anak-anak bermain lego dan puzzle maka mereka belajar tentang berpikir dari hal yang umum menjadi bagian-bagian yang khusus dan beberapa bagian yang khusus menjadi hal yang umum. Metode berpikir logika ini dikenal dengan istilah berpikir deduksi dan induksi. Metode deduksi adalah kesimpulan berpikir yang ditarik dari umum ke khusus. Sedangkan metode induksi adalah kebalikan dari metode deduksi. Di sini, kesimpulan ditarik atau dibentuk dari premis minor ke premis mayor (dari khusus ke umum) (Asmadi, 2005: 89). Kemampuan dalam berpikir deduksi dan induksi sangat mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam berpikir kritis dan memecahkan permasalahan secara kreatif.
Ketika anak-anak sedang menggambar atau mencoret-coret buku gambar atau papan maka mereka sedang mengembangkan salah satu kemampuan mereka dalam