Kamis, Oktober 22, 2015

Cara Belajar Tanpa Rasa Takut

Saya tertarik mempelajari hal ini, saat tiga kali saya mengetahui secara langsung anak saya mendapat perlakuan bullying dari temannya dan kemudian dia melawan, menolak, atau pun hanya menangis. Meskipun anak saya masih balita, begitu pula temannya, tetapi sepanjang pengetahuan saya, baik atau buruk kepribadian anak dapat dipengaruhi dari hasil didikan orang tuanya semenjak kecil, baik sengaja maupun tidak sengaja. Saya lantas berkeinginan untuk mempelajari penerapan anti bullying di sekitar anak pada umumnya, meliputi pengertian bullying dan macam-macamnya, penyebab munculnya pelaku bullying, penyebab anak di-bully, akibat dari tindakan bullying, dan cara mencegah serta mengatasinya.

A. Pengertian bullying
Bullying adalah menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara mental serta dilakukan secara berulang. Perilaku bullying bisa berupa tindakan fisik, verbal (lisan), dan mental. Umumnya korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.

B. Penyebab anak melakukan bullying

  1. Faktor keluarga, pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying saat mengamati permusuhan yang terjadi pada orang tua atau keluarga mereka, dan kemudian meniru tindakan tersebut kepada teman-temannya yang lemah. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku menindas dengan tujuan untuk meningkatkan status dan kekuasaannya”. Kemudian dari sinilah tindakan bullying tersebut berkembang.
  2. Faktor sekolah, pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying, tidak memberikan tindakan tegas terhadap pelaku bullying, dapat menyebabkan para pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku bullying mereka terhadap anak lain.
  3. Faktor kelompok sebaya, beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.


C. Penyebab anak menjadi korban bullying
Anak yang menjadi korban bullying adalah mereka yang memiliki harga diri (self esteem) yang rendah. Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Sehingga dapat diartikan, harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

Namun menurut Vera Itabilianana, seorang Psikolog Anak dan Remaja, anak yang memiliki self esteem tidak baik, dapat cenderung juga untuk melakukan hal buruk, seperti bullying kepada anak yang lebih lemah dari dirinya. Istilah saya mungkin balas dendam yang gak kesampaian, atau pelampiasan. Ini semua karena mereka tidak mengetahui kompetensi yang dimilikinya.

D. Akibat bullying pada korban bullying
Bullying berdampak secara fisik, psikis, dan sosial terhadap korban, semisal prestasi belajar yang menurun, kehilangan selera makan, sakit migrain, menarik diri dari pergaulan, rentan cemas dan depresi hingga bunuh diri, dan terganggu prestasi akademisnya dengan sering sengaja tidak masuk sekolah karena takut di-bully.

Dan, ingatlah lagi, bahwa bullying juga bisa menjadi penyakit yang dapat menyebar. Anak yang menjadi korban bully akan mem-bully anak lain.

E. Cara mencegah dan mengatasi praktek bullying terjadi pada anak
Pertama, peran orang tua. Orang tua yang mengajarkan anak untuk membalas perlakuan temannya, bukanlah penyelesaian masalah yang baik. Justru ajaran seperti ini malah bisa membentuk anak untuk menjadi pelaku bully berikutnya.

Menurut Pustika Rucita, B.A., M.Psi, psikolog klinis dari Personal Growth, cara terbaik adalah mencari mediator, misalnya pihak sekolah, untuk menemani Anda bertemu dengan pelaku bully sekaligus orangtuanya. Kehadiran mediator dapat membantu Anda dalam mencari solusi terbaik untuk semua pihak, dan mencegah Anda meluapkan emosi dengan cara yang berlebihan.

Tapi, jangan ragu untuk ikut bertindak apabila bullying yang dialami anak sudah masuk tahap yang membahayakan. Jika memang diperlukan, Anda juga boleh melaporkan kasus bullying pada pihak yang berwajib.

Pustika menegaskan bahwa tak ada salahnya membawa korban bully berkonsultasi kepada psikolog, terutama jika Anda merasa kasus bullying membawa dampak negatif yang berkepanjangan, seperti mengalami masalah emosional dan perilaku, anak tak lagi merasa aman di sekolah, merasa terisolasi, rendah diri, stres, dan mengalami kemunduran dalam hal prestasi. Bantuan sedini mungkin juga dapat membantu anak untuk lebih cepat merasa positif dengan dirinya sendiri, dan tidak membuatnya larut dalam permasalahan yang sama.

Orang tua dapat melatih anak untuk berani bicara, istilah kerennya bertindak asertifketika ia menangis setelah dipukul oleh temannya, Anda bisa mengajarkannya untuk berkata, “Aku nggak suka dipukul. Kalau kamu memukul aku lagi, aku nggak mau berteman sama kamu." Dengan begitu, anak yang nakal tersebut akan tahu bahwa perilakunya tidak diterima oleh temannya.

Biarkan pelaku tahu bahwa anak tidak nyaman dengan perlakuannya, tetapi dengan kata-kata yang tidak balik menyakiti dan tidak membiarkan tindakan bullying terus berlangsung. Anak sebagai korban memiliki hak untuk membela diri, dan ada cara cerdas untuk melakukannya. Pastikan anak berbicara dengan cara yang memecahkan masalah dan tidak menciptakan lebih banyak masalah dengan orang lain.

Orang tua perlu juga meningkatkan harga diri anak dengan cara mengamati bakat dan minat anak, dan memberikan kesempatan anak untuk berprestasi. Hal ini berguna agar anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehingga tidak mudah menjadi korban bullying.

Kedua, kontrol sosial di sekolah, memiliki peran penting dalam mengikat perilaku anak (pelajar). Hal ini bertujuan agar anak tersebut tidak melakukan delinkuensi, atau perilaku yang menyimpang. Iklim sekolah sangat turut mendukung agar kontrol sosial dapat berjalan dengan baik, dan terhindar dari praktek bullying (Adilla, 2009: 57). Sebaliknya jika kontrol sosial tidak bisa diterapkan dengan baik, maka praktek bullying akan mudah terjadi sehingga merugikan psikologis bagi anak yang menjadi korban. Penelitian dari Cunningham pada tahun 2007 (Adilla, 2009: 57) menyebutkan bahwa bullying di sekolah merupakan masalah perilaku seorang pelajar yang dipengaruhi oleh kontrol sosial pelajar dengan lingkungan di sekolahnya, seperti interaksi dengan guru, teman-teman sebayanya, ketaatan pada peraturan dan norma-norma, metode pendisiplinan, dan iklim yang ada pada sekolah tersebut.


F. Cara menghadapi praktek bullying ala Al-qur'an dan rasulullah
Selama bertahun-tahun perjalanan kerasulannya, Nabi Muhammad selalu diperlakukan dengan semena-mena oleh penduduk Mekkah. Mulai dari dimaki-maki, difitnah, dilempari batu, diludahi, dijarah harta bendanya, dan bahkan pada akhirnya diserang dan diancam bunuh. Tetapi saat Mekkah berhasil ditaklukkan, ternyata Nabi Muhammad memaafkan penduduk Makkah. Tidak ada satu pun warga yang dijarah hartanya, dilukai, apalagi dibunuh. Rasulullah memaafkan Abu Sofyan yang selama ini menjadi pemimpin Makkah yang sangat memusuhi beliau. Rasulullah bahkan memaafkan Wahsyi bin Harb yang telah membunuh Hamzah  dan memaafkan Hindun binti Utbah yang telah memakan jantung Hamzah, paman Nabi yang sangat dicintainya.

Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an, Allah banyak memberikan anjuran untuk bersabar dan menjadi pemaaf, salah satunya pada Surat An Nahl ayat 126.

"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah setimpal dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

Al Qur’an memang memberikan kesempatan untuk membalas perbuatan orang-orang yang memusuhi umat Islam, dengan balasan yang setimpal. Namun, sekali lagi di sini ditekankan keutamaan bagi orang-orang yang bisa bersabar.

Bersabar bukanlah berarti menjadi orang yang lemah dan membiarkan dirinya ditindas. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah” (HR.Muslim).

Kata al-qawi (kekuatan) memiliki banyak arti. Di dalam al-Qur’an ditemukan beberapa makna al-qawi, di antaranya:

Pertama, Kekuatan fisik, seperti disebutkan dalam surat ar-Rum [30]: 54
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Seorang mukmin yang fisiknya lebih kuat, tentu bisa melakukan berbagai macam aktivitas dengan lebih baik dibandingkan seorang mukmin yang lemah fisiknya.

Kedua, keteguhan tekad, seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 63
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa".
Seorang yang memiliki keteguhan tekad biasanya akan menjadi orang yang sabar dan optimis.

Ketiga, kekuatan amanah dan kecerdasan, seperti disebutkan dalam surat an-Najm [53]: 3-5
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.”

Kata al-quwa dalam ayat di atas dipakai untuk menyebutkan malaikat Jibril. Malaikat Jibril adalah makhluk yang sangat cerdas sekaligus jujur. Betapa tidak, setiap kali ia diperintah menyampaikan wahyu, ia tidak pernah minta diulang dan melupakan apa yang telah diterimanya untuk kemudian disampaikan kepada rasul, tanpa pernah satu huruf pun kurang dari apa yang telah diterimnya dari Allah swt.

Sehingga, seorang mukmin yang kuat kecerdasannya dan memiliki kekuatan dalam menerima dan menyampaikan amanah adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah kecerdasan dan kejujurannya. Sebab, kekuatan intelektual dan kejujuran akan membawa manusia memilki kedudukan yang tinggi, baik di hadapan Allah maupun di hadapan makhluk.

Adapun cara untuk memperoleh kekuatan dan untuk tetap kuat, adalah selalu berusaha menjauhi perbuatan dosa, meminta ampun terhadap setiap dosa dan kesalahan, dan selalu bertaubat kepada Allah SWT. Begitulah caranya agar kekuatan tumbuh dalam diri seseorang. Seperti disebutkan dalam surat Hud [11]: 52
“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."


Kesimpulan saya adalah baik kekuatan fisik, kecerdasan, keteguhan tekad, maupun kejujuran, kesemuanya itu jika terbentuk dalam diri individu dan dilandasi dengan nilai-nilai ketauhidan, senantiasa bertaubat dan berbuat amal kebaikan, hal-hal tersebut akan membentuk pribadi-pribadi yang kuat dan percaya diri, sehingga memiliki self-esteem yang baik. Mereka yang memiliki self-esteem (harga diri) yang baik akan terjauhkan dari sikap bullying terhadap orang lain dan mampu mengatasi praktek bullying di sekitar mereka dengan lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri komentar atau masukan ya :)