Sederhananya bentuk filter saya kurang lebih seperti ini:
Sistem filter yang saya gunakan pada prinsipnya adalah sistem mekanik dan sistem biologi.
Sistem mekanik yang saya terapkan yaitu sistem swirl filter (sistem aduk). Swirl (bahasa indonesia: mengaduk) artinya air yang berasal dari pompa ke filter dibelokkan arah alirannya sehingga membentuk pusaran air. Mirip seperti kita mengaduk air di dalam timba. Hal ini menyebabkan kotoran berupa partikel-partikel yang tersedot pompa akan tetap berada di dasar wadah filter.
Sedangkan sistem biologi, bio filter system, adalah filter yang menggunakan bakteri Nitrosomonas sp, pengurai amonia, yang hidup dan berkembang biak alami di media yang disediakan. Media saya adalah bioball. Hal ini menyebabkan air kencing ikan yang mengandung amonia, yang memenuhi kolam dan bisa meracuni ikan bisa terurai menjadi zat yang lebih aman bagi kehidupan ikan.
Dengan menggunakan sistem filter seperti ini, hasil yang didapatkan cukup memuaskan, yaitu air menjadi jernih, bebas racun dari air kencing ikan, tidak pernah menguras air kolam, dan saya hanya cukup menguras endapan kotoran yang ada di bagian bawah wadah filter.
Bioball dibersihkan hanya sebulan sekali. Kotoran yang mengendap di dalam filter harus dikuras setidaknya sebulan sekali. Hal ini tergantung juga jumlah ikan yang ada di dalam kolam. Semakin banyak ikan semakin cepat kotoran mengendap.
Sedangkan kotoran ikan yang tertinggal dan mengendap di dasar kolam, saya cukup menggunakan selang panjang yang berfungsi layaknya auto siphon (bahasa indonesia: sedot otomatis) untuk menyedot kotoran keluar. Caranya tutup salah satu lubang selang, lalu penuhi selang dengan air, kemudian benamkan selang ke dalam air. Bagian ujung yang berada di luar kolam usahakan lebih rendah dari ujung selang yang berada di bawah permukaan air kolam, kemudian buka lubang selang dan auto siphon pun terjadi.
Tentunya dengan cara auto siphon ini relatif lebih mudah membersihkan bagian dasar kolam dan irit air yang terbuang karena kita cukup arahkan selang ke sisi atau sudut-sudut kolam tempat kotoran ikan mengendap.
Hal penting lain yang perlu diingat, agar pipa-pipa yang tersambung di bagian dalam wadah filter tidak perlu menggunakan lem agar sambungan-sambungan pipa mudah dibongkar saat perawatan. Berikut ini beberapa langkah merangkai sistem aduk bio filter system yang saya terapkan di kolam ikan saya:
Tiga lubang yang diperlukan. |
Penguras endapan filter usahakan bisa menyedot bagian terbawah wadah filter. |
Untuk mengubah arah aliran air sehingga bisa membentuk putaran, gunakan dua pipa knee yang disatukan dengan pipa T sehingga membentuk seperti huruf S. Tempatkan pipa tersebut pada penahan bio ball yang sudah dilubangi pada bagian tengahnya seukuran persis dengan diameter pipa. Penahan bio ball bisa terbuat dari apa saja selama tahan air. Kalau punya saya itu bekas tutup timba atau bak mandi di kamar mandi yang tidak pernah dipakai, lalu saya potong melingkar sedemikian rupa sehingga bisa menyangkut di bagian tengah wadah filter.
Pipa yang ada di bagian atas penahan, saya pasangi water mur untuk memudahkan pemasangan ke pipa inlet (air dari pompa). Ukuran lubang-lubang kecil di bagian penahan bio ball, usahakan berukuran lebih kecil dari diameter bioball yang digunakan.
Untuk pipa output yang diarahkan ke kolam, posisikan menghadap ke atas bagian dalamnya. Ini berfungsi untuk menambah oksigen terlarut dalam air yang mengalir melalui pipa.
Satukan pipa inlet (air dari pompa) pada water mur yang tadi sudah disiapkan. Dan berikutnya masukkan bio ball di atas penahan.
Saya menggunakan bioball golf, bukan yang model rambut, karena bioball golf lebih awet, kuat, tidak mudah patah seperti bioball rambut. Sewaktu saya beli, per bijinya sekitar kurang lebih Rp140 rupiah, dengan diameter per bioball kurang lebih 3 cm. Penuhi wadah filter dengan bioball sampai sejajar dengan pipa outlet. Beri penahan berupa kawat persegi agar bioball tidak menyumbat pipa outlet. Kebetulan kawat persegi yang saya beli tahan karat, warnanya hitam.
Pompa air yang saya gunakan pompa air rendam 38 watt, dengan debit 2000 liter per jam, dengan ketinggian maksimal 2 meter. Kemudian, satukan selang dari pompa air dengan pipa inlet. Nyalakan pompa dan lihat hasilnya.
Saya tidak menggunakan zeolit, selain karena harganya mahal dan memiliki masa kadaluarsa setelah digunakan, penggunaan zeolit menjadi tidak efektif ketika air diberi garam saat kolam ikan membutuhkan perawatan khusus.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar atau masukan ya :)