Kamis, Februari 05, 2015

Pesawat Tanpa Awak Berperan Kurir

Sejak Desember 2013, Perusahaan DHL, yang bergerak dalam jasa pengiriman, melakukan uji coba memakai drone atau pesawat tanpa awak. Drone juga termasuk UAV (Unmanned Aerial Vehicle). UAV sebagai kurir yang dikembangkan DHL ini diberi nama DHL Parcelcopter. Produk ini merupakan hasil pengembangan yang dilakukan DHL bersama lembaga penelitian Institute of Flight System Dynamics di Aachen University, dan diawasi oleh Kementerian Ekonomi, Tenaga Kerja dan Transportasi Jerman. Pesawat tanpa awak ini berperan kurir untuk mengirim obat-obatan dan alat medis.

Kini telah bermunculan semakin banyak perusahan yang menggunakan drone sebagai kurir. Misal, Pasar online milik Alibaba Group, Taobao, menjalankan tes di dunia nyata yang memungkinkan 450 orang di Beijing, Guangzhou dan Shanghai memesan teh jahe dan menerimanya dari pesawat tanpa awak (drone) dalam waktu kurang dari satu jam. Layanan hanya akan tersedia dari tanggal 4 Februari 2015 sampai 6 Februari, 2015 .. hayo siapa yang lagi melancong ke China? barangkali bisa coba-coba pesan di pasar online taobao dan menikmati fasilitas kurir drone ini :D.

Perusahaan jasa pengiriman internasional, Geopost, juga mencoba teknologi drone sebagai pengganti kurir pengiriman barang ke pelanggan. Dari hasil uji coba yang dilakukan sejak September 2014 tersebut, di mana proses pengirimannya baru berjalan ke Prancis dengan bermitra pada Atechsys, Geopost mengungkapkan bahwa drone tersebut bisa difungsikan untuk mengirim barang dengan bobot 4 kilogram dalam radius 20 kilometer, dengan dimensi 40x30x20 sentimeter. Tetapi menurut evaluasi mereka, penggunaan drone masih memiliki beberapa kendala teknis, seperti peraturan keselamatan dan privasi penggunaan. Meski, sebenarnya drone diklaim mampu bisa tingkatkan hasil pendapatan perusahaan dan proses pengiriman berjalan cepat.

Ini tidak berbeda dengan menggunakan pesawat RC (remote control) untuk melakukan hal yang sama. Tetapi dalam konteks jasa pengiriman, drone lebih aman dan lebih terprogram daripada RC helikopter yang jadul. Tapi mereka bisa pula menjadi mimpi buruk karena seringkali kegagalan yang terjadi adalah paket yang dibawa para drone tersebut terjatuh dari ketinggian dan mengenai apa pun yang ada di bawahnya (bisa jadi juga kepala orang) ... wah wah wah.

Di negara Paman Sam (alias Amerika Serikat), penggunaan drone membutuhkan jutaan jam catatan pengujian untuk bisa mendapatkan persetujuan FAA. FAA atau Federal Aviation Administration merupakan lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat. Sebagai bagian dari Kementerian Transportasi Amerika Serikat, badan ini bertanggungjawab sebagai pengatur dan pengawas penerbangan sipil di A.S. (fungsinya mirip dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di Indonesia).

Perusahaan penyedia jasa perdangan online Amazon, juga sedang melakukan uji coba menggunakan drone untuk kirim barang dalam jarak dekat. Sebuah kabar diberitakan melalui BBC, bahwa Amazon tengah menguji coba pengiriman paket barang dengan drone bernama Octocopters. Menurut Kepala Eksekutif Amazon, Jeff Bezos, Octocopters mampu mengirim paket seberat 2,3 kilogram, 86 persen dari paket rata-rata Amazon dalam sehari, kepada konsumen hanya dalam waktu 30 menit setelah mereka memasukkan pemesanan. Namun, Anda mungkin tidak akan melihat sesuatu seperti ini terjadi di Amerika Serikat untuk sementara waktu. Rencana ini nampaknya belum bisa direalisasikan karena pemerintah setempat belum memiliki aturan soal lalu lintas penerbangan di ketinggian rendah. Selain itu FAA belum menyetujui penggunaan drone untuk kegiatan sipil. Drone hingga kini masih menjadi pesawat tempur yang biasa membawa rudal atau bahan peledak berat untuk menghancurkan sasaran, semisal drone MQ-9 Reaper.
Perusahaan Google pun tidak mau kalah untuk ikut menggunakan teknologi drone untuk pelayanannya. Program pengembangan kurir terbang Google itu bernama "Project Wing". Walaupun Google mengakui bahwa pengembangan teknologi itu akan rampung sekitar tahun 2016, sebuah uji coba yang digelar di Australia bulan Agustus 2014 lalu sudah menunjukkan kemajuan pesat. Drone Google berhasil mengirim peralatan medis, permen, dan air dengan menempuh jarak 1 kilometer.

Namun teknologi ini juga tergantung siapa yang pegang, layaknya pisau, bisa berguna, bisa pula berbahaya. Baru-baru ini, sebuah drone ditemukan jatuh di area parkir sebuah supermarket di Meksiko dengan membawa narkoba berjenis methamphetamine seberat 2,7 kg. Hingga kini kepolisian setempat belum mendapat petunjuk mengenai siapa yang mengoperasikan dan dari mana drone tersebut dioperasikan.

Ada yang mau coba beli drone atau UAV untuk usaha atau sekedar mainan? :D


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri komentar atau masukan ya :)