Jumat, Januari 23, 2015

Dissolved oxygen for Plant

Efek Coanda yang saya terapkan untuk menambah jumlah oksigen terlarut.
Pinginnya sih judul artikelnya bahasa indonesia saja, sayangnya kata paman Google judul "Manfaat Oksigen Terlarut dalam Nutrisi" kurang keren alias gak banyak yang tanya, apalagi kalau pakai judul "Manfaat Oksigen Terlarut dalam Air Nutrisi" malah PARAH. Ya sudahlah saya pakai judul "Dissolved oxygen for Plant" saja.

Baik langsung saja, pada percobaan hidroponik saya yang kedua, Alhamdulillaah...berhasil, dengan hasil panen sayuran sawi yang segar, daunnya lebar, dan kata tetangga rasanya enak, lebih manis daripada sawi yang dijual di pasar (cie-cie-cie) .. \\^0^//. Dari pengalaman ini, saya akhirnya mengerti bahwa salah satu kunci keberhasilan berhidroponik adalah pada cukupnya jumlah oksigen terlarut dalam air nutrisi.

Pada praktek menanam tanaman menggunakan sistem hidroponik, jumlah oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) yang ada dalam larutan nutrisi menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi tanaman. Semakin tinggi jumlah oksigen terlarut pada air atau larutan nutrisi maka semakin bagus pula pertumbuhan tanaman.

Menurut pengalaman saya, saat saya menanam sayuran sawi pada sistem hidroponik sumbu yang relatif memiliki jumlah oksigen terlarut yang kecil, karena tidak ada sirkulasi air yang intens (salah satu hal yang menyebabkan jumlah DO kecil), hasilnya sangat berbeda ketika saya bandingkan dengan tanaman sawi saya yang ada pada sistim hidroponik ebb and flow atau istilahnya pasang surut. Pada sistem sumbu, sawi memiliki daun yang kecil, sedangkan pada sistem pasang surut tampak sawi memiliki daun yang lebar, besar, dan lebih segar.
Sistim sumbu (wick)
Sistim pasang surut (Ebb and Flow)

Dari pengalaman saya itulah, akhirnya saya coba pelajari lebih dalam bagaimana menambah jumlah oksigen terlarut yang ada pada larutan nutrisi. Berikut ini rangkuman hasil dari saya baca artikel sana sini dengan bantuan paman Google.

Beberapa proses yang menyebabkan masuknya atau terikatnya oksigen ke dalam air yaitu:

Pertama, proses terikatnya oksigen ke dalam air akan selalu terjadi jika pergerakan air mampu mengguncang oksigen. Terguncangnya oksigen bisa karena aliran air yang terus menerus, atau gerak jatuh air.

Kedua, jumlah molekul-molekul zat (garam mineral) yang larut di dalam air (saya mengenalnya dengan istilah ppm, Part per Million atau Bagian per Sejuta Bagian). Semakin sedikit garam mineral yang ada pada air atau larutan nutrisi, maka jumlah oksigen yang terikat semakin banyak. Oleh karena itu pembuatan larutan nutrisi rata-rata memiliki batas maksimal yakni 2400 ppm, tidak lebih dari itu, kecuali pada beberapa sayuran buah, seperti tomat dan terung yang bisa di atas itu. Dan jika terlalu sedikit dari kebutuhan tanaman juga menyebabkan tanaman kekurangan nutrisi. Beberapa contoh jumlah ppm tanaman sayuran semisal cabe 1260-1540 ppm, kangkung dan sawi 1050-1400 ppm, serta bayam 1260-1610 ppm.

Ketiga, suhu air. Semakin tinggi suhu air, maka semakin rendah jumlah oksigen yang dapat diikat oleh air. Oleh karena itu, biasanya pada reservoir atau bak/timba/tandon tempat menyimpan air diletakkan di tempat yang teduh. Dan ini juga menjelaskan, mengapa petani memanen hasil sayurannya pada saat dini hari sampai matahari muncul belum terik, ini karena sayuran akan tampak lebih segar saat dipanen. Betul, saya sendiri menyaksikan tanaman sawi saya sempat lemas saat siang, tapi kemudian pas malam terlihat perlahan-lahan dari jam ke jam mulai segar kembali.

Keempat, adanya alga (atau yang biasanya disebut lumut oleh kebanyakan orang, ..sebenarnya sih beda antara lumut dan alga, but nevermind). Semakin banyak alga yang tumbuh pada dinding reservoir maka semakin boros oksigen yang dilepaskan. Ini karena alga juga butuh oksigen. Oleh karena itu, biasanya tempat reservoir yang masih transparan harus dicat (kalau bisa warna gelap) atau ditutupi sehingga dapat memperlambat tumbuhnya alga karena mereka tidak mendapatkan sinar matahari untuk hidup.

Kelima, terlalu banyak ikan atau hewan air. Ini bagi mereka yang menggunakan kolam ikan sebagai reservoir. Ikan juga butuh oksigen. Sehingga bersaing dengan tanaman.

Terus, bagaimana caranya untuk menambah atau meningkatkan jumlah Oksigen Terlarut (DO)? Beberapa caranya antara lain:
  1. membuat aerasi melalui mesin aerator di kolam. Sistem aerasi dengan butir udara yang lebih kecil lebih bagus dibanding dengan butir udara yang lebih besar.
  2. membuat sistem venturi di saluran akhir sirkulasi. Yang ini saya sudah coba bikin sendiri alias homemade, tetapi sepertinya bergantung juga dengan kekuatan pompa air. Pompa air aquarium yang saya pakai biasa, kekuatan semprotnya lemah, venturinya jadi kurang maksimal. (but cmiiw ^_^)

    Pompa air plus venturi sudah jadi satu, sudah gak repot-repot bikin.
  3. membuat air terjun atau shower.
  4. untuk mengurangi temperatur, dapat dilakukan dengan menutrup sebagian permukaan kolam memakai paranet atau sejenisnya.
  5. membuat kolam yang dangkal namun luas. Jika kedalaman kolam yang dimiliki lebih dari satu meter maka harus memiliki mesin aerator yang bagus dan kuat.
  6. atau menerapkan efek Coanda, yakni meletakkan benda berbentuk bola di depan saluran akhir sirkulasi, seperti punya saya (lihat gambar paling atas). Dengan begini permukaan air lebih tipis dan lebih mudah mengikat oksigen.

Prinsipnya adalah bagaimana Anda membuat sebanyak mungkin kontak antara permukaan air dengan udara.

Untuk pengecekan jumlah ppm bisa menggunakan TDS dan EC meter agar jumlah ppm tidak berlebihan yang hanya akan menyebabkan DO menjadi kecil. Biasanya alat ini juga dilengkapi dengan termometer untuk mengukur suhu air. DO yang ideal adalah biasanya berada di temperatur sekitar 24-27 derajat Celcius.

#SalamIndahnyaBerbagi
#SemangatBelajarHidroponik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri komentar atau masukan ya :)