sumber gambar: id.theasianparent.com |
Pada usia 5 bulan bayi anda sangat suka pada pengulangan. Anda bisa memberikan stimulus dengan bermain semacam “ciluk baa”. Anda harus mulai mengajak bicara dengan bayi Anda dengan jelas dan baik. Anda juga bisa meniru apa yang diucapkannya, tirulah suara dia sebagai umpan balik. Dia akan senang jika anda sudi mengulangnya, karena pertanda ada komunikasi. Bayi senang dengan sesuatu yang diulang-ulang karena memori bayi masih lambat dan perlu diulang-ulang. Anda masih perlu menata sirkuit dalam otaknya.
Dr. Fowler membuat percobaan dengan menyebutkan kata secara berulang-ulang pada bayi muda (kata pendek 2-3 kata seperti ayah, bunda, bola). Ternyata pada umur 8 bulan, anak sudah dapat menyebutkan dengan sempurna apa yang didengar. Kemudian sirkuit otak anak tersebut semakin terlatih, dan usia 14 bulan sudah menguasai 100 kata, dan usia 15 bulan sudah menguasai 200 kata.
Teringat cara belajar Nabi Adam
– wa ‘alama adama asma kulaha … dan Allah telah mengajarkan kepada Adam tentang nama-nama benda semuanya. (QS. Al Baqorah 31). Ternyata model pendidikan yang dikembangkan Qur’an dengan memperkenalkan kosa kata benda yang banyak pada awal pendidikan.
Dr.Hunt juga menjelaskan bahwa memberi stimulus visual dan auditiv (penglihatan dan pendengaran) pada masa pertama akan menarik perhatiannya untuk masa kedua, ketiga, dan seterusnya.
Sementara Glenn Doman, pendiri The Institutes for the Achievement of Human Potential (IAHP), mengatakan belajar membaca sama mudahnya dengan belajar berbicara. Malah sebenarnya lebih mudah lagi, karena kemampuan melihat telah terbentuk sebelum kemampuan berbicara. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikenal anak. Ibu memperkenalkan kata-kata dengan cara alami, yaitu langsung menamai kegiatan atau benda yang dimaksud. Misalnya, pada saat memasukkan makanan ke dalam mulut, ibu menyampaikan bahwa kegiatan tersebut namanya makan tanpa memberikan penjelasan tentang pengertian makan.
Dari sini seharusnya kemampuan membaca akan berkembang secara alami bersamaan dengan kemampuan berbicara anak. Contoh lain, ketika anak memegang buah apel. Ibu akan memperdengarkan pada mereka bunyi kata apel, juga tulisan apel. Anak akan mendengar, menyentuh, membaui, dan dapat merasakannya langsung. Anak-anak telah belajar mengucapkan dan membacanya.
Metode Doman yang terkenal tersebut juga mengajarkan agar para orangtua untuk tidak hanya mengatakan kata-kata baru pada anak-anaknya, tetapi juga menunjukkan tulisan kata-kata dengan huruf cetak setinggi 7 cm, dan menempelkannya pada benda yang dimaksud.
Menurut Glenn Doman, selama orangtua bisa mengajarkan anak-anak dengan cara yang menyenangkan melalui kegiatan bermain, anak pasti menikmati. Orangtua harus menikmati waktunya saat mengajari anak. Jika orangtua mulai emosi, lelah, dan tidak dapat menikmati waktunya, demikian pula dengan anak, maka segera hentikan kegiatan belajar.
Sebelum mengajarkan anak membaca, kita harus mengetahui bahwa anak telah memiliki kesiapan belajar. Adapun tanda kesiapan membaca dapat diketahui dari beberapa hal berikut ini.
- Apakah anak dapat memahami bahasa lisan? misal ketika anak diminta mengambil bola, maka anak akan mengambil bolanya.
- Apakah anak dapat melafalkan kata-kata dengan jelas?
- Apakah anak dapat mengingat kata-kata?
- Apakah anak dapat mengucapkan bunyi huruf?
- Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?
- Apakah anak dapat membedakan bunyi dengan baik?
Menurut ilmuwan lainnya, seperti Dr. Jalaludin Rahmat, beliau menjelaskan pada bukunya yang berjudul "Cara otak belajar", bahwa waktu terbaik untuk belajar membaca sesuai dengan perkembangan otak justru pada usia sekolah dasar. Namun, hal ini berbeda dengan pendapat ilmuwan lainnya yakni Glenn Doman, bahwa belajar membaca bisa dimulai pada usia dini, dengan syarat melewati beberapa tahapan.
Tahapan belajar membaca menurut Glenn Doman, singkatnya sebagai berikut:
Tahap 1: kata-kata tunggal
Buatlah 15 kata tunggal. Pilih kata-kata tunggal yang akrab dengan kehidupan si kecil atau nama anggota keluarga, hewan-hewan favorit, benda-benda di dalam rumah, dan sebagainya. Buat kata-kata tunggal tersebut pada karton berukuran 15x50 cm. Biarkan si kecil melihatnya tidak lebih dari 1 detik per kata.
Tahap 2: Gabungan Dua Kata
Tahap 3: Kalimat Sederhana
Dengan menggunakan kartu yang berukuran 10x50 cm, buatlah satu kelompok kata yang terdiri dari lima kalimat. Kurangi ukuran huruf-hurufnya agar satu kartu bisa memuat tiga atau empat kata. Jangan menuliskan kata-kata itu terlalu berdekatan, berilah jarak yang cukup diantara setiap kata. Perlihatkan kartu itu kepada si kecil sebanyak 3 kali setiap hari.
Tahap 4: Kalimat PanjangKartu berukuran 10x50 cm dengan huruf berukuran 2,5cm. Anda ajarkan kalimat dengan lima kata atau lebih. Ganti warna tulisan dari merah menjadi hitam.
Tahap 5: Buku-buku
Carilah buku dengan perbendaharaan kata yang sudah Anda ajarkan, seperti kata-kata tunggal, susunan kata-kata, dan ungkapan. Pilihan buku ini sangat penting dan harus memenuhi standar seperti berikut:
- Buku itu memiliki perbendaharaan kata sebanyak lima puluh sampai seratus kata.
- Buku itu berisi tidak lebih dari satu kalimat dalam satu halaman.
- Tinggi tulisannya tidak boleh kurang dari 2 cm.
- Teks harus mendahului dan terpisah dari gambar atau ilustrasinya.
- Ilustrasi gambar juga harus menarik karena si kecil sedang memasuki tahap imajinasi dan fantasi.
Kesimpulan saya untuk anak yang masih usia 5 bulan:
Lebih memperbanyak pengenalan nama-nama benda yang diajarkan secara visual (benda kongkrit) dan auditiv.
Hal tersebut akan sangat membantu saat dia belajar membaca pada usia "siap baca" yakni sudah memenuhi mayoritas tanda-tanda siap baca seperti kutipan artikel di atas. Tidak ada ketentuan pasti usia siap baca, kesiapan anak berbeda-beda.
Dan, saat belajar membaca, orangtua harus mengajarkannya secara bertahap seperti penjelasan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar atau masukan ya :)