Selasa, Maret 01, 2016

Simple Marble Runs for Kids

Simple marble runs for kids, terinspirasi setelah melihat si kecil suka menuang-nuang air dari satu tempat ke tempat lain, memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya saya jadi bikin permainan ini di rumah. Apalagi ruang bermain dan belajar si kecil (yang sebenarnya adalah ruang tamu :D ) masih banyak space di dinding-dindingnya yang bisa dimanfaatkan untuk tempat permainan ini. Ruang tamupun bertambah satu permainan lagi ... hihihi ... kalau ada tamu insyaAllaah tidak bisa duduk, karena asik ikut mainkan marble runs juga, selain karena juga di ruang tamu tidak lagi disediakan kursi duduk ... wkwkwk.

Cukup mudah membuat lintasan untuk marble runs. Pada intinya adalah bagaimana kelereng tetap bisa menggelinding pada lintasan yang dibuat. Sehingga kemiringanan lintasan sangat berpengaruh pada kecepatan menggelinding kelereng (marble) tersebut. Boleh pakai busur, atau cukup dikira-kira, trial and error terus diperbaiki lagi di kemiringan yang pas sesuai kebutuhan. Pada dasarnya permainan ini memanfaatkan energi kinetik dan energi potensial benda. Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda karena memiliki ketinggian tertentu dari tanah. Energi potensial ada karena adanya gravitasi bumi. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya.

Jika kecepatan yang dihasilkan bisa tinggi, maka kita bisa membuat si kelereng melompat jauh, melayang di udara, dan jatuh di lintasan lain. Seru! Dan masih banyak lagi modifikasi yang bisa kita berikan pada arena lintasan ini, misalkan:

  1. dilengkapi dengan xylophone yang bisa berbunyi ketika dilintasi kelereng.
  2. bel atau lonceng yang berbunyi ketika dibentur kelereng.
  3. arah gelinding kelereng yang bisa dibolak-balik dengan menggunakan lintasan lengkung.
  4. kelereng berputar-putar pada corong sebelum jatuh ke lubang di bagian tengah corong.
  5. kelereng melewati lorong tersembunyi.
  6. kelereng jatuh bebas, dan lain sebagainya

Bahan yang digunakan tidak harus baru atau beli. Saya sendiri hanya beli kelereng dan isolasinya saja, sedangkan yang lainnya dari barang bekas untuk dibuat sebagai bahan lintasan. Bahan-bahan bekas yang saya pakai antara lain

Senin, Februari 22, 2016

Magnetis Game Melatih Tangan Anak

Ide membuat mainan ini berawal dari keinginan kami untuk melatih dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak kami. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata, tangan dan kemampuan pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya. Kemampuan motorik halus sangat penting karena kemampuan ini sering digunakan baik dalam kegiatan sehari-hari maupun akademik, contohnya mengikat tali sepatu, mengkancingkan baju, menarik resleting, persiapan dalam menulis permulaan, mewarnai gambar, menggunting gambar dan menempelkannya di kertas. Mengingat pentingnya hal tersebut, kami memutuskan untuk menyediakan game sebagai media latihan motorik halus yang menyenangkan.

Awalnya kami ingin beli jadi saja, searching di toko mainan anak online, melihat contoh-contohnya, dan membandingkan harganya. Ternyata tidak ada satu pun yang kami rasa mantap secara bentuk produk dan harganya. Lalu kami putuskan untuk bikin sendiri saja. Sepertinya lebih murah. (Dan ternyata memang sangat amat murah 6 kali lipat lebih murah dari yang dijual baik oleh toko online maupun offline). Magnetis game untuk melatih tangan anak kami ini, kami beri nama Magnet Maze Wall.

Bahan
  1. Enam atau tujuh lembar kardus bekas ukuran 30 cm x 50 cm, harga Rp 0 (cari-cari di gudang).
  2. Akrilik ukuran 30 cm x 50 cm, harga Rp 30.000.
  3. Lem putih merek Ra*awali (cuma butuh dikit, sekitar seperempat bungkusnya).
  4. Enam biji sekrup panjang dan 2 biji sekrup pendek.
  5. Pipa 1/2" bekas, atau kotak karton kemasan kecil.
  6. Kertas hias atau kalender bekas.
  7. Kawat tipis untuk bola-bolanya, atau bisa juga bola-bola klaker sepeda motor yang rusak.
  8. Lem tembak
  9. Satu magnet bundar kecil, harga Rp 2.500.

Langkah-langkah
  1. Tumpuk dan beri lem putih di tiap lembaran kardus bekas tersebut hingga menjadi satu.
  2. Lapisi dengan kertas hias atau kalender bekas. Rekatkan dengan lem.
  3. Buatlah gambar maze yang diinginkan di atas kertas hias tersebut. Kemudian

Kamis, Februari 11, 2016

Kenapa Anak Saya Marah

Mengapa anak saya tiba-tiba marah beberapa hari ini? pertanyaan itulah yang terlintas dalam pikiran saat melihat perubahan kondisi psikologi si kecil yang sudah masuk usia 19 bulan. Biasanya rajin bangun pagi dan langsung mandi pagi, bahkan jam 5 pagi pun dia biasanya sukacita untuk mandi, bersedia untuk dipijat dan kemudian jalan-jalan pagi, ayah berangkat kerja mau salim, cium jauh, dan "da-da". Tapi hal itu tidak terjadi beberapa hari ini. Setelah baca artikel sana-sini ternyata masalahnya adalah si kecil dibiarkan telat bangun. Setelah dipraktekkan dan dikondisikan bangun sesuai jam rutinitasnya dan tanpa dipaksa, akhirnya terbukti, si kecil tidak lagi marah-marah saat pagi hari. Namun, hal itu hanyalah sebagian kecil dari fenomena yang terjadi pada dunia anak-anak, yang dikenal dengan istilah TANTRUM (temper tantrum). Dan solusi di atas hanyalah sebagian kecil cara mengatasi tantrum. Lebih lengkapnya apa dan bagaimana mengatasi tantrum, berikut pengetahuan yang bisa saya himpun.

Pengertian
Tantrum adalah salah satu bentuk yang paling umum dari perilaku bermasalah pada anak-anak tetapi cenderung menurun dalam frekuensi dan intensitas begitu anak tumbuh. Pada balita, tantrum atau amukan dapat dianggap sebagai normal, bahkan sebagai pengukur dari kekuatan pengembangan karakter. Tantrum hanya sekadar tanda frustrasi yang berlebihan yang sesuai dengan usianya, dan akan berkurang seiring waktu diberi penanganan yang tenang dan konsisten. Namun Selma Fraiberg, psikoanalis anak, memperingatkan bahwa tekanan luar dan kontrol yang berlebihan dalam membesarkan anak bisa malah memrovokasi munculnya tantrum dan menanam bibit jiwa pemberontak pada diri anak.

Menurut perkembangan sosial emosi, anak usia 19-24 bulan memang mulai sering mengalami temper tantrum. Sebagaimana yang terjadi pada anak saya. Menurut saya, sebagai orangtua harus mau belajar bagaimana merespon dengan benar ketika anak tantrum sehingga anak bisa belajar mengendalikan emosinya sejak dini.

Nah, reflek beberapa orangtua dalam menangani tantrum anak biasanya dengan cara memberikan apa yang anak inginkan. Jelas, strategi ini tidak akan memberikan dampak yang baik dalam jangka panjang, karena anak Anda malah akan terbiasa tantrum setiap kali dia menginginkan sesuatu. Nah, kalau begitu bagaimana cara seharusnya menangani anak yang sedang tantrum? 

Cara Mengatasi Anak Tantrum
Langkah pertama dalam melunakkan anak yang sedang tantrum adalah