Sebuah buku yang berjudul,
Why Asians are Less Creative than Westerners
, yang ditulis oleh Ng Aik-Kwang, merupakan buku yang unik dan dapat dipercayai keakuratannya. Buku ini berpendapat bahwa
masyarakat Asia kurang kreatif daripada Barat karena latar belakang budaya mereka. Sebuah
masyarakat warisan
Konfusianisme yang menekan perilaku kreatif, sementara orang Barat hidup dalam masyarakat individualistis liberal yang mendorong kreativitas.
Buku yang diterbitkan oleh Prentice Hall di bulan Desember tahun 2000 ini merupakan buku yang cukup kontroversial karena menjelaskan
kesalahan pendidikan dan pola berpikir masyarakat Asia. Tetapi yang mengherankan, buku ini malah menjadi best seller pula pada tahun 2014.
Penulis buku tersebut, Ng Aik-Kwang, memiliki riwayat
pendidikan sebagai Sarjana Seni, National University of Singapore. Dia juga merupakan Sarjana Ilmu Sosial, National University of Singapore, merupakan Doktor filsafat, University of Queensland, Australia, dan lulusan Diploma Pascasarjana Pengajaran di Perguruan Tinggi, Nanyang Technological University, Singapura.
Meskipun pembaca harus lebih cermat menyaring karena semangat liberalism yang terkandung di dalam buku yang berisi 248 halaman tersebut, tapi banyak pelajaran yang sangat berharga yang dapat kita ambil dari buku yang ditulis oleh Ng Aik-Kwang ini.
Sebagaimana yang disampaikan
Gigih Helma Wijaya yang telah membuat rangkuman singkatnya tentang sekilas pelajaran yang diperoleh dari buku tersebut, berikut ini kutipan dari buku yang berjudul
Why Asians are Less Creative than Westerners
.
Easteners dan Westeners, dua komunitas yang jauh berbeda pada segi lifestyle,
pendidikan,
dan pola berpikir. Professor yang bernama Ng Aik Kwang tersebut, memberikan gambaran perbedaan tersebut dilihat dari segi
pendidikan dan
pola berpikir di antara keduanya sekaligus memberikan
solusinya.
Kesalahan pertama, bagi kebanyakan orang Asia, dalam budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreativitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki banyak kekayaan.
Kedua, bagi
masyarakat Asia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada CARA memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai cerita, novel, sinetron, atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir atau diterima sebagai sesuatu yang wajar.
Ketiga, bagi orang Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban” bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk perguruan tinggi, dan lain-lain semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus imu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus-rumus tersebut. Oleh karena itu, murid-murid di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “Jack of all trades, but master of none” (tahu sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun). Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.
Keempat, orang Asia takut salah dan takut kalah. Akibatnya sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.
Kelima, bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.
Keenam, karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru atau narasumber untuk minta penjelasan tambahan.
Dalam bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sebagai berikut: