Masih ingat dengan iklan layanan masyarakat yang mengatakan bahwa tujuh dari 10 pelajar di Indonesia tidak biasa
sarapan atau makan pagi. Padahal dalam menu
sarapan terdapat
Zat Gizi Makro (Karbohidrat, Protein dan Lemak) dan
Zat Gizi Mikro (Vitamin, Mineral). Kandungan karbohidrat akan merangsang glukosa (gula darah) dan zat gizi mikro dalam otak yang dapat menghasilkan energi. Hal itu juga dapat memacu otak agar mudah berkonsentrasi dalam belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran.
Terkadang kita mendengar ketika pelajar ditanya, “sarapan jam berapa?”, jawabannya bisa beragam ada yang pukul 06.00 atau dengan menjawab “nanti saja saat istirahat sekolah”.
Sarapan atau makan pagi adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi seseorang. Kita bisa mengukur
waktu sarapan kita sudah
benar atau tidak dengan memperhatikan penjelasan berikut ini.
Biasanya orang makan malam sekitar pukul 19:00 dan baru makan lagi di
pagi hari sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-12 jam mereka puasa. Dengan adanya puasa itu, cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh seseorang hanya cukup untuk aktivitas dua sampai tiga jam di pagi hari. Ingat tanpa sarapan, cadangan gula darah kita hanya sekitar DUA SAMPAI TIGA JAM di pagi hari. Kadar glukosa normal antara 70 hingga 110 mg/dL (milligrams/deciliter). Sehingga tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa di bawah normal. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing dan
sulit berkonsentrasi. Itu semua karena kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi otak.
Nah, dengan begitu, kira-kira Anda bisa memperkirakan sendiri kapan seharusnya kita sarapan? Yang
tepat adalah (setelah bangun b) sebelum memulai aktivitas atau sekolah. Sebagaimana yang disampaikan Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, bahwa sarapan itu dilakukan
sebelum melakukan aktivitas fisik atau belajar.
Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja pencernaan, sehingga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Khusus bagi mereka yang mengalami masalah berat dalam berkonsentrasi, seperti anak-anak yang memiliki masalah ADHD, dianjurkan untuk mengonsumsi sarapan yang kaya dengan protein. Meskipun protein tidak menyembuhkan masalah disiplin mereka, namun protein dapat membentuk senyawa di otak yang membantu mereka untuk
berkonsentrasi lebih baik. Selain itu, mengonsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang.
Beberapa orang mengatakan takut sarapan karena pengalaman mereka setelah sarapan malah bikin ngantuk. Sebenarnya bukan salah sarapannya, tetapi menu makanan yang dikonsumsilah penyebabnya. Menu sarapan yang bikin mengantuk biasanya yang tidak seimbang, misal karbohidrat yang tinggi atau terlalu banyak, lemak dalam jumlah tinggi, atau makan hingga kekenyangan.
Selama ini minuman yang mengandung
kafein, seperti kopi, dipercaya tidak akan membuat
mengantuk. Ternyata
BELUM TENTU.