Beberapa hari ini saya menemukan banyak artikel yang menjelaskan secara singkat bahwa ada hubungan antara durasi tidur dengan sukses hamil. Namun sayangnya, saking singkatnya akhirnya perbedaan pendapat antara para pakar reproduksi tidak ditampilkan di sana. Oleh karena itu, menurut saya, ada baiknya kita ikuti penjelasan detail dari penelitian tersebut yang dipublish oleh huffingtonpost.com pada bulan Oktober tahun 2013. Berikut hasil terjemahan bebas saya dari artikel tersebut.
Berdasarkan penelitian terbaru terhadap sejumlah wanita yang menjalani program IVF (in vitro fertilization) atau bayi tabung, ternyata mereka yang durasi tidurnya cukup lebih berhasil dalam menjalani program hamil tersebut. Pengaruh ini tampak dari hari ke hari.
Sedangkan jika terlalu banyak tidur atau kurang tidur akan membuat para wanita lebih sulit hamil.
Lebih jelasnya tentang penelitian tersebut bermula dari sekelompok tim peneliti asal korea. Para peneliti tersebut menganalisa hasil laporan kebiasaan tidur lebih dari 650 wanita sebelum menjalani IVF dan membaginya menjadi tiga kelompok. Tiga kelompok tersebut antara lain:
Rosenbluth yang bukan bagian dari penelitian tersebut, akhirnya memberikan perumpamaan, "ini seperti dilema duluan mana: ayam atau telur?".
Sgarlata menjelaskan bahwa terdapat banyak faktor yang lebih jelas dampaknya terhadap kesuburan. Di mana faktor-faktor tersebut tidak ada hubungannya dengan tidur atau modifikasi kebiasaan.
Berdasarkan penelitian terbaru terhadap sejumlah wanita yang menjalani program IVF (in vitro fertilization) atau bayi tabung, ternyata mereka yang durasi tidurnya cukup lebih berhasil dalam menjalani program hamil tersebut. Pengaruh ini tampak dari hari ke hari.
Sedangkan jika terlalu banyak tidur atau kurang tidur akan membuat para wanita lebih sulit hamil.
Lebih jelasnya tentang penelitian tersebut bermula dari sekelompok tim peneliti asal korea. Para peneliti tersebut menganalisa hasil laporan kebiasaan tidur lebih dari 650 wanita sebelum menjalani IVF dan membaginya menjadi tiga kelompok. Tiga kelompok tersebut antara lain:
- "Short Sleepers", yakni mereka yang tidur 4 sampai 6 jam sehari.
- "Moderate Sleepers", yakni mereka yang tidur 7 sampai 8 jam sehari.
- "Long Sleepers", yakni mereka yang tidur 9 sampai 11 jam sehari.
Secara keseluruhan, rata-rata kehamilan berhasil terjadi pada kelompok "Moderate Sleepers". Rata-rata keberhasilannya melampaui 46 persen daripada dua kelompok lainnya.
Dari sini akhirnya muncul kesimpulan bahwa tidur dapat mempengaruhi kesuburan wanita. Menurut penelitian di atas, durasi tidur yang terbaik adalah antara 7 sampai 8 jam sehari.
Dr. Carmelo Sgarlata, seorang pakar reproduksi yang bekerjasama dengan Reproductive Science Center di San Francisco Bay Area, memberikan komentar bahwa dia sangat tertarik dengan hasil penelitian terbaru tersebut.
Sgarlata memang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, namun dia menjelaskan bahwa dia dan para peneliti lainnya pada awalnya tidak tahu banyak tentang hubungan antara tidur dan kesuburan. Ini karena tidak ada penelitian yang mencukupi di luar sana yang meneliti keterhubungan tidur dengan kesuburan.
Namun Sgarlata juga mengingatkan bahwa penelitian tersebut masih bersifat penelitian pendahuluan dan belum cukup jelas dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara durasi tidur dengan kesuburan wanita. Sehingga keterhubungan sebab akibatnya harus diteliti lebih mendalam lagi.
Disampaikan juga saat pertemuan tahunan American Society for Reproductive Medicine's di Boston pada bulan Oktober tahun 2013 lalu, bahwa cukup tidur dapat meningkatkan sekresi hormon reproduksi.
Dalam hal ini Dr. Evan Rosenbluth berkomentar, bahwa meskipun tidur pada umumnya dapat sangat membantu kesuburan, terlalu banyak tidur memang dapat mengganggu ritme sirkadian -- jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur -- serta siklus hormon tertentu, sehingga mempengaruhi kesuburan.
Tetapi Rosenbluth menambahkan bahwa jangan tergesa-gesa menyimpulkan bahwa terlalu banyak tidur adalah hal utama yang mempengaruhi kemandulan, karena masih ada begitu banyak hal yang mampu mempengaruhi kemandulan di mana hal-hal tersebut sulit dikontrol. Semisal kualitas tidur, stress, dan berat badan pasien. Di mana hal tersebut juga diketahui dapat mempengaruhi kesuburan, daaannn ... dapat pula mempengaruhi kondisi tidur pasien.
Dari sini akhirnya muncul kesimpulan bahwa tidur dapat mempengaruhi kesuburan wanita. Menurut penelitian di atas, durasi tidur yang terbaik adalah antara 7 sampai 8 jam sehari.
Dr. Carmelo Sgarlata, seorang pakar reproduksi yang bekerjasama dengan Reproductive Science Center di San Francisco Bay Area, memberikan komentar bahwa dia sangat tertarik dengan hasil penelitian terbaru tersebut.
Sgarlata memang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, namun dia menjelaskan bahwa dia dan para peneliti lainnya pada awalnya tidak tahu banyak tentang hubungan antara tidur dan kesuburan. Ini karena tidak ada penelitian yang mencukupi di luar sana yang meneliti keterhubungan tidur dengan kesuburan.
Namun Sgarlata juga mengingatkan bahwa penelitian tersebut masih bersifat penelitian pendahuluan dan belum cukup jelas dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara durasi tidur dengan kesuburan wanita. Sehingga keterhubungan sebab akibatnya harus diteliti lebih mendalam lagi.
Disampaikan juga saat pertemuan tahunan American Society for Reproductive Medicine's di Boston pada bulan Oktober tahun 2013 lalu, bahwa cukup tidur dapat meningkatkan sekresi hormon reproduksi.
Dalam hal ini Dr. Evan Rosenbluth berkomentar, bahwa meskipun tidur pada umumnya dapat sangat membantu kesuburan, terlalu banyak tidur memang dapat mengganggu ritme sirkadian -- jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur -- serta siklus hormon tertentu, sehingga mempengaruhi kesuburan.
Tetapi Rosenbluth menambahkan bahwa jangan tergesa-gesa menyimpulkan bahwa terlalu banyak tidur adalah hal utama yang mempengaruhi kemandulan, karena masih ada begitu banyak hal yang mampu mempengaruhi kemandulan di mana hal-hal tersebut sulit dikontrol. Semisal kualitas tidur, stress, dan berat badan pasien. Di mana hal tersebut juga diketahui dapat mempengaruhi kesuburan, daaannn ... dapat pula mempengaruhi kondisi tidur pasien.
Rosenbluth yang bukan bagian dari penelitian tersebut, akhirnya memberikan perumpamaan, "ini seperti dilema duluan mana: ayam atau telur?".
Sgarlata menjelaskan bahwa terdapat banyak faktor yang lebih jelas dampaknya terhadap kesuburan. Di mana faktor-faktor tersebut tidak ada hubungannya dengan tidur atau modifikasi kebiasaan.
Sgarlata menjelaskan, "Seringkali, orang yang tidur terlalu lama itu karena sedang depresi, atau mereka mungkin sedang memiliki gangguan afektif musiman, yang semuanya itu tentu juga bisa mempengaruhi kesuburan."
Meskipun sementara ini peneliti tidak sepenuhnya memahami bagaimana tidur dapat mempengaruhi kesuburan dan kehamilan, atau seberapa besar pengaruhnya, pada kenyataannya tidur 7-8 jam sehari masih sangat dianjurkan oleh para pakar reproduksi untuk pasien yang menjalani program IVF untuk meningkatkan peluang mereka bisa sukses hamil. Sebagaimana pendapat Sgarlata bahwa dia tetap sepakat bahwa tidur dengan durasi tujuh sampai delapan jam sehari harus dianjurkan untuk setiap pasien yang mencoba untuk hamil.
Meskipun sementara ini peneliti tidak sepenuhnya memahami bagaimana tidur dapat mempengaruhi kesuburan dan kehamilan, atau seberapa besar pengaruhnya, pada kenyataannya tidur 7-8 jam sehari masih sangat dianjurkan oleh para pakar reproduksi untuk pasien yang menjalani program IVF untuk meningkatkan peluang mereka bisa sukses hamil. Sebagaimana pendapat Sgarlata bahwa dia tetap sepakat bahwa tidur dengan durasi tujuh sampai delapan jam sehari harus dianjurkan untuk setiap pasien yang mencoba untuk hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar atau masukan ya :)