Rabu, Mei 15, 2013

Tugas di Tiap Tahap Perkembangan

Perkembangan manusia mula-mula berada dalam keadaan bayi dengan ciri-ciri yang khas; kemudian bertambah besar dengan ciri-ciri yang khas pula yang disebut kanak-kanak. Setelah itu menjadi anak besar (puer), lalu menjadi remaja dan akhirnya dewasalah ia. Tiap masa ditandai dengan ciri-ciri tertetu serta kecakapan dan sikap tertentu, yang disebut tahap perkembangan.

Tugas Perkembangan Manusia
Tugas perkembangan menurut Havighurst ialah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya.

Tugas di tahap perkembangan bayi 0 – 2 tahun : berjalan, berbicara, makan makanan padat, kestabilan jasmani.

Tugas di tahap perkembangan anak usia 3 – 5 tahun : mendapat kesempatan bermain, bereksperimen, dan bereksplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.

Tugas di tahap perkembangan usia 6 - 12 tahun : belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan pembentukan kata hati,moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok social dan lembaga.

Tugas di tahap perkembangan anak usia 13 - 18 tahun : menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, mengembangkan nilai-nilai hidup.

Tugas di tahap perkembangan masa dewasa awal (18/21 – 30 tahun) : memilih pasangan, belajar hidup sebagai pasangan dalam perkawinan memulai kehidupan berkeluarga, memperkembangkan dan mendidik anak, mengelola kehidupan keluarga, menilai dan memantapkan pekerjaan, mengambil tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan Negara, menemukan kelompok sosial bagi dirinya.

Tugas di tahap perkembangan masa pertengahan (30 – 55 tahun) :

Senin, Mei 13, 2013

Tangan Kita Bukan Termometer

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau bahkan merasakan panas atau dingin. Biasanya, untuk mengukur suhu suatu benda, kita hanya menggunakan perasaaan melalui indra peraba, yakni telapak tangan kita. Misalnya ketika orang tua ingin mengetahui suhu anaknya yang sedang tidak enak badan, pasti gerakan refleks orang tua langsung menempelkan tangan ke dahi atau leher si anak.

Namun pada dasarnya, tangan kita bukan termometer. Indra peraba setiap orang dalam merasakan sesuatu, terutama mengenai panas atau dinginnya suatu benda relatif berbeda, bersifat subyektif, termasuk mengukur suhu tubuh manusia. Dengan demikian, pengukuran derajat/tingkat panas atau dinginnya suatu benda menggunakan perasaan melalui indra peraba tidak selalu tepat dan bersifat relatif tergantung kecenderungan perasaan dan kepekaan indra peraba setiap individu.

Derajat panas atau dinginnya suatu benda itulah yang disebut dengan suhu. Pada uraian di atas sudah dijelaskan bahwa tangan bukan untuk mengukur suhu badan, karena hasilnya relatif. Untuk membuktikannya, lakukanlah kegiatan berikut ini!


Mengukur Suhu dengan Indra Peraba

I.    Tujuan
Menyelidiki apakah indra peraba dengan tepat digunakan untuk mengukur suhu.

II.    Alat dan bahan
  1. Tiga buah wadah/ember
  2. Air dingin (es yang sudah mencair), air biasa, dan air hangat.

III.    Langkah kerja
  1. Isilah wadah pertama dengan air hangat, wadah kedua dengan air biasa, dan wadah ketiga dengan air dingin!
  2. Celupkan tangan kananmu ke wadah pertama, kemudian celupkan tangan kirimu ke wadah ketiga. Biarkan selama satu menit dan rasakan suhunya.
  3. Angkat kedua tanganmu dari wadah pertama dan ketiga, lalu segera masukkan kedua tanganmu ke wadah kedua. Apa yang dirasakan oleh kedua tanganmu?
  4. Buatlah kesimpulan dari hasil kegiatan di atas!

Kesimpulan:
Dari kegiatan di atas dapat kita simpulkan bahwa

Jumat, Mei 10, 2013

Magnet Bumi Terbalik

Di awal abad 20, pertama kali ahli geologis menjelaskan bahwa ternyata beberapa batuan vulkanik yang berasal dari zaman pleistosen (antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu) memiliki pola medan magnet berlawanan arah dengan medan magnet Bumi sekarang ini, sehingga membuat kompas tidak menunjukkan arah dengan benar, yang utara menjadi selatan, yang selatan jadi utara. Perkiraan waktu terjadinya pembalikan arah medan magnet bumi (Geomagnetic reversal) dipublikasikan pertama kali di tahun 1920-an oleh Motonori Matuyama, seorang ahli geologis dari Jepang. Matuyama meneliti bahwa pola medan magnet yang terkandung pada beberapa batuan vulkanik di Jepang memiliki perbedaan dengan pola medan magnet Bumi. Semua batuan yang diteliti Matuyama tersebut berasal dari awal zaman Pleistosin atau bahkan sebelumnya. Pada tahun 1920-an itu, pengetahuan tentang kemagnetan Bumi masih sangat sedikit dipahami, sehingga hasil penelitian Matuyama tentang kemungkinan terjadinya pembalikan kutub Bumi kurang mendapatkan perhatian dari kalangan ilmuwan.

30 tahun kemudian, ketika sifat kemagnetan Bumi sudah lebih dipahami dan teori-teori pun mulai berkembang, para ilmuwan akhirnya menyatakan bahwa ada kemungkinan terjadinya pembalikan medan magnet atau kutub Bumi, seperti yang terjadi di zaman batu. Sebagian besar penelitian tentang paleomagnetic di akhir tahun 1950-an mengikutsetakan pemeriksaan tentang penyimpangan kutub magnet bumi dan pergerakan lempeng benua. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa sebagian besar batuan vulkanik yang bersifat magnet menyimpan petunjuk-petunjuk mengenai keadaan medan magnet Bumi di waktu bebatuan tersebut mengalami proses pendinginan.

Selama tahun 1950 sampai tahun 1960, banyak informasi tentang macam-macam medan magnet Bumi berhasil dikumpulkan melalui penelitian terkait. Di tahun 1963, Frederick Vine dan Drummond Matthews menjelaskan bahwa jejak-jejak magnetik yang ada di dasar laut merupakan penyebaran jejak magnetik dari daerah pusat ke sekitarnya sehingga jejak-jejak magnetik saling berhubungan di daerah itu.

Pada awal tahun 1966, para ilmuwan yang bekerja di observatorium Lamont–Doherty Geological menemukan bahwa riwayat penyimpangan magnetik yang terjadi di sepanjang daerah samudera Pasifik hingga Antarktik memiliki kesamaan dan keterhubungan dengan penyimpangan pola magnetik yang ada di daerah Atlantik Utara. Penyimpangan yang sama juga ditemukan di sebagian besar samudera di dunia. Sejak 160 tahun terakhir, ilmuwan mengamati tumbuhnya benih pembalikan medan magnetik di sekitar Brasil dan Atlantik Selatan. "Pertumbuhan berada pada tingkat yang membahayakan," kata Profesor Geofisika dari University of Rochester, John Tarduno yang pernah dimuat pada website Tempo (14/02/2012).

Dari data-data yang diperoleh,