Rabu, September 19, 2012

Hewan Berkantong Bukan Kanguru

klik gambar untuk memperbesar

Kanguru merupakan salah satu hewan marsupialia. Marsupialia adalah kelompok mamalia yang umumnya berkantung (marsupial). Kanguru memiliki kebiasaan tidur pada siang hari dengan udara yang panas dan berkembang biak apabila ada hujan dan tumbuh tanaman  baru. Kanguru mempunyai dua kaki belakang yang kuat, telapak kakinya yang besar didesain untuk meloncat. Kanguru biasa melompat dengan kecepatan 20-25 km/jam, bahkan bisa mencapai 70 km/jam.

Kata Kanguru berasal dari kata “Kanggaroo” atau lebih tepatnya “Kang-Ga-Roo” yang merupakan bahasa suku Aborigin (suku asli Australia), yang berarti “Saya tidak mengerti!”
:-)
Kisahnya begini, suatu hari pelaut Amerika/Inggris mendarat di Australia. Pelaut itu lalu melihat seekor hewan yang sangat unik, berkantung. Pelaut itu lalu bertanya kepada orang suku Aborigin, suku asli Australia di sana, yang juga sama-sama tidak tahu hewan apa itu. Pelaut bertanya, "hewan apa itu?" Dijawab, "Kang-Ga-Roo." Yang artinya "Saya tidak mengerti!". Karena pelaut menganggap Kanggaroo adalah nama hewan itu, maka sampai sekarang hewan itu diberi nama Kanggaroo, atau di Indonesia disebut Kanguru.

Sebagian orangtua jika ditanya oleh anaknya, "hewan apa yang berkantong?", kebanyakan mereka menjawab Kanguru. Sebenarnya tidak hanya kanguru. Masih banyak hewan marsupial (berkantong) yang lain, mereka memiliki kesamaan yakni yang betina memiliki kantong, namun perbedaan secara fisik masih terlihat, baik tinggi maupun besarnya, antara lain:

Rabu, September 05, 2012

Teori Tata Surya


Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.

Banyak teori-teori yang diungkapkan oleh para ahli, seperti Hipotesis Nebula, Hipotesis Planetisimal, Hipotesis Pasang Surut Bintang, Hipotesis Kondensasi, dan Hipotesis Bintang Kembar.


Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1775, kemudian disempurnakan oleh Simon de Laplace pada tahun 1796, hipotesis ini lebih dikenal hipotesis nebula Kant-Laplace. Hipotesis nebula ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama, matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar. Tahap kedua, kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lain pun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari. Ketiga, materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.

Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.

Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi dikemukakan oleh GP.Kuiper pada tahun 1950. Hipotesis ini menyatakan bahwa tata surya pada mulanya berupa

Summary of Narrative Text


Teks narrative merupakan jenis teks berupa cerita atau dongeng yang bertujuan menghibur pembaca. Cirri utama teks narrative adalah terdapatnya masalah (atau hal yang dianggap masalah) dan langkah yang diambil untuk merespon masalah tersebut, berupa solusi atau penyelesaian. Konten teks narrative dapat berupa cerita khayalan atau kisah nyata yang mendapatkan bumbu-bumbu perekayasa.

Teks narrative umumnya memiliki struktur:

  1. orientation, pendahuluan atau pembuka berupa pengenalan tokoh, waktu, dan tempat.
  2. complication/crisis, pengembangan konflik atau pemunculan masalah.
  3. resolution, penyelesaian konflik atau langkah yang diambil untuk merespon masalah.
  4. reorientation, penutup ungkapan-ungkapan yang menunjukkan cerita sudah berakhir, ini sifatnya optional, boleh ada boleh tidak.
  5. coda, perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita; sifatnya optional.


Teks narrative sering menggunakan unsur kebahasaan tertentu, antara lain:

  1. noun tertentu sebagai kata ganti orang, hewan, dan benda dalam cerita, misalnya stepmother, household, dsb.
  2. individual participant, terfokus pada kisahan partisipan (pelaku) tertentu yang spesifik.
  3. past tense, menggunakan kata kerja bentuk lampau, misalnya went, ran, ate, dsb.
  4. time connective dan conjunction untuk mengurutkan kejadian misalnya, after, before, soon, dsb.



Penjelasan versi English, kunjungi