Kamis, Februari 11, 2016

Kenapa Anak Saya Marah

Mengapa anak saya tiba-tiba marah beberapa hari ini? pertanyaan itulah yang terlintas dalam pikiran saat melihat perubahan kondisi psikologi si kecil yang sudah masuk usia 19 bulan. Biasanya rajin bangun pagi dan langsung mandi pagi, bahkan jam 5 pagi pun dia biasanya sukacita untuk mandi, bersedia untuk dipijat dan kemudian jalan-jalan pagi, ayah berangkat kerja mau salim, cium jauh, dan "da-da". Tapi hal itu tidak terjadi beberapa hari ini. Setelah baca artikel sana-sini ternyata masalahnya adalah si kecil dibiarkan telat bangun. Setelah dipraktekkan dan dikondisikan bangun sesuai jam rutinitasnya dan tanpa dipaksa, akhirnya terbukti, si kecil tidak lagi marah-marah saat pagi hari. Namun, hal itu hanyalah sebagian kecil dari fenomena yang terjadi pada dunia anak-anak, yang dikenal dengan istilah TANTRUM (temper tantrum). Dan solusi di atas hanyalah sebagian kecil cara mengatasi tantrum. Lebih lengkapnya apa dan bagaimana mengatasi tantrum, berikut pengetahuan yang bisa saya himpun.

Pengertian
Tantrum adalah salah satu bentuk yang paling umum dari perilaku bermasalah pada anak-anak tetapi cenderung menurun dalam frekuensi dan intensitas begitu anak tumbuh. Pada balita, tantrum atau amukan dapat dianggap sebagai normal, bahkan sebagai pengukur dari kekuatan pengembangan karakter. Tantrum hanya sekadar tanda frustrasi yang berlebihan yang sesuai dengan usianya, dan akan berkurang seiring waktu diberi penanganan yang tenang dan konsisten. Namun Selma Fraiberg, psikoanalis anak, memperingatkan bahwa tekanan luar dan kontrol yang berlebihan dalam membesarkan anak bisa malah memrovokasi munculnya tantrum dan menanam bibit jiwa pemberontak pada diri anak.

Menurut perkembangan sosial emosi, anak usia 19-24 bulan memang mulai sering mengalami temper tantrum. Sebagaimana yang terjadi pada anak saya. Menurut saya, sebagai orangtua harus mau belajar bagaimana merespon dengan benar ketika anak tantrum sehingga anak bisa belajar mengendalikan emosinya sejak dini.

Nah, reflek beberapa orangtua dalam menangani tantrum anak biasanya dengan cara memberikan apa yang anak inginkan. Jelas, strategi ini tidak akan memberikan dampak yang baik dalam jangka panjang, karena anak Anda malah akan terbiasa tantrum setiap kali dia menginginkan sesuatu. Nah, kalau begitu bagaimana cara seharusnya menangani anak yang sedang tantrum? 

Cara Mengatasi Anak Tantrum
Langkah pertama dalam melunakkan anak yang sedang tantrum adalah dengan menjaga emosi Anda sendiri terlebih dulu. Anda tidak akan bisa menenangkan suasana jika Anda dan anak Anda saling berteriak satu sama lain. Memukul anak Anda juga bukan pilihan yang baik, karena hanya membuat tantrumnya semakin menjadi-jadi. Ambil napas dalam-dalam, kontrol emosi Anda, dan kemudian disiplinkan anak Anda dengan tenang tapi tegas dan biarkan dia tahu bahwa tantrum adalah perilaku yang tidak dapat diterima.

Jika anak Anda masih tidak akan tenang dan Anda tahu mengamuk itu hanyalah sebuah cara untuk mendapatkan perhatian Anda, maka janganlah menyerah. Bahkan jika Anda harus berjalan melalui supermarket sambil menyeret balita Anda yang sedang berteriak-teriak, abaikan saja amukan tersebut. Setelah anak Anda menyadari bahwa perilaku marah-marahnya tidak menghasilkan apapun yang dia inginkan, lambat laun dia akan berhenti berteriak dengan sendirinya.

Jika anak Anda marah di luar kendali, pegang erat-erat untuk menenangkannya. Katakan dengan lembut bahwa Anda mencintainya tapi Anda tidak akan memberikan apa yang dia inginkan. Jika itu tidak berhasil, pindahkan dia ke tempat time-out (sudut ruangan atau semacamnya) selama satu atau dua menit untuk memberinya waktu hingga dia bisa menenangkan diri.

Abaikan anak yang sedang tantrum. Selama mengamuk, anak Anda benar-benar tidak dapat menggunakan pikirannya. Emosinya dominan dan mengambil alih dalam setiap tindakannya. Menurut Jay Hoecker, MD, seorang dokter anak di Minnesota, menjelaskan bahwa saat anak tantrum maka emosinya menutup peran otak besar bagian depan (frontal) dalam membuat keputusan dan penilaian. Itulah sebabnya, anak tidak dapat mencerna penjelasan-penjelasan yang masuk akal atau nasehat-nasehat dari orang tua. Begitu pula menurut Alan Kazdin, PhD, penulis buku "The Kazdin Method for Parenting the Defiant Child", menjelaskan bahwa anak baru bisa diajak bicara ketika mereka sudah mulai tenang.

Berikan anak Anda kesempatan mengekspresikan kemarahannya. Menurut Linda Pearson, seorang praktisi perawat dan penulis "The Discipline Miracle", bahwa kadang-kadang anak-anak hanya ingin mendapatkan kesempatan meluapkan kemarahannya. Namun pastikan bahwa cara mengamuknya tidak sampai menyakiti dirinya sendiri. Pearson yakin dengan pendekatan ini dapat membantu anak-anak belajar tentang bagaimana untuk melampiaskan emosinya dengan benar (tidak merusak). Mereka bisa belajar bagaimana mengontrol dirinya sendiri tanpa perlu adanya teriakan-teriakan atau adu mulut dengan orangtua.

Buat pengalih perhatian. Alihkan anak Anda pada sesuatu yang lain yang dia biasanya suka sehingga dia bisa terlibat dan tertarik pada kegiatan baru dan melupakan kemarahannya. Saat anak Anda ikut belanja di supermarket, cara mengalihkan perhatian misalnya, "Hei, kita perlu membeli beberapa es krim. Bisa bantu bunda memilihkan rasa apa yang enak?" atau "Wii, coba lihat ada tangki penuh dengan ikan nila di sana!". Anak-anak memiliki rentang perhatian yang cukup pendek sehingga mudah sekali untuk dialihkan perhatiannya. Orangtua harus mampu berganti peran sebagai seorang penghibur.

Cari tahu hal apa yang membuat anak Anda frustasi. Menurut Dr Hoecker, menjelaskan bahwa trik ini berlaku untuk tantrum yang terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah dua setengah tahun. Anak-anak di usia ini biasanya memiliki kosakata hanya sekitar 50 kata dan tidak dapat menghubungkan lebih dari dua kata bersama-sama dalam satu waktu. Komunikasi mereka terbatas, namun mereka memiliki semua pikiran dan keinginan yang ingin dipenuhi. Ketika Anda tidak memahami pesan mereka atau salah paham, mereka menjadi panik dan frustasi. Salah satu solusinya adalah gunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh.

Solusi lainnya adalah dengan cara menyuruh anak Anda menunjuk apa yang dia inginkan persisnya. Namun setelah anak menunjuk, bisa jadi orangtua belum cukup jelas dengan yang dimaksud, tetapi dengan sering memraktekkan ini lambat-laun Anda dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Misal jika dia menunjuk ke kakaknya, yang biasanya berarti bahwa kakaknya telah sengaja mengambil paksa sesuatu miliknya, maka orangtua bisa memintanya untuk mengembalikannya, dan lain sebagainya.


Tips Mencegah Tantrum
Beberapa anak yang mudah tantrum biasanya adalah anak-anak hiperaktif, suka murung, atau anak-anak yang tidak mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan baru. Namun pada kebanyakan balita, amukan hanyalah sebuah cara untuk keluar dari rasa frustrasi mereka dan menguji batas orangtuanya, semisal "apa bunda akan membelikan saya mainan jika saya berteriak-teriak dengan sangat keras?". Berikut beberapa tips untuk menghindari tantrum terjadi.

Hindari situasi di mana amukan kemungkinan bisa terjadi. Cobalah untuk menjaga rutinitas harian Anda sekonsisten mungkin dan memberikan anak Anda peringatan lima menit atau batasan waktu yang dia mengerti sebelum mengubah kegiatannya. Biasanya, karena anak saya belum mengenal kata “menit”, saya biasanya menggunakan batasan waktu yang dia mengerti, semisal “kalau adzan sudah terdengar, ayo masuk”, “kalau alarm HP ayah sudah berbunyi, berhenti main airnya”, “kalau bunda sudah manggil, berarti saatnya makan”, dan lain sebagainya.

Berkomunikasilah dengan balita Anda. Jangan meremehkan kemampuannya dalam memahami apa yang Anda katakan. Katakan padanya rencana untuk hari ini dan tetaplah berpegang pada rutinitas Anda untuk meminimalkan perubahan kegiatan secara mendadak.

Pastikan anak Anda beristirahat dengan baik dan makan dengan cukup sehingga ia tidak mudah terprovokasi atau marah-marah. Apalagi jika akan diajak berpergian.

Beri kesempatan anak Anda terlibat dalam urusan kecil. Biarkan anak Anda memilih buku mana atau jajanan mana yang harus dibawa saat berpergian. Pilihan-pilihan kecil ini tidak akan membuat banyak perbedaan pada rencana Anda, tetapi hal ini akan membuat anak Anda merasa seolah-olah dia memiliki setidaknya beberapa kontrol atas hidupnya sendiri.

Pilihlah "pertempuran" dengan resiko terkecil. Maksudnya, sesekali berikanlah sedikit kelonggaran pada anak Anda, terutama pada hal-hal yang kecil, ketimbang memicu tantrumnya. Semisal, apakah Anda lebih suka memilih untuk membiarkan anak Anda mendapat waktu ekstra 15 menit menonton televisi atau memilih untuk mendengarkan dia berteriak-teriak selama 30 menit?

Mengalihkan perhatiannya. Perhatian anak-anak cepat berlalu dan mudah untuk dialihkan. Ketika wajah anak Anda mulai kelihatan kesal, bukakanlah buku dongeng yang dia suka, atau menawarkan untuk pergi berjalan-jalan ke taman sebelum kekesalan tersebut meningkat menjadi tantrum. Kadang-kadang humor adalah cara terbaik untuk mengalihkan perhatian. Membuat wajah lucu, menceritakan lelucon, atau memulai perkelahian bantal untuk mengalihkan anak dari pikiran yang mengganggu dirinya.

Pujilah anak Anda ketika dia bisa mengendalikan emosinya. Memuji perilaku yang baik. Menawarkan perhatian ekstra ketika anak Anda berperilaku baik. Berikan anak Anda pelukan atau memberitahu anak Anda betapa bangganya Anda ketika dia melakukan hal yang baik.

Namun jika mereka masih sering tantrum hingga usia sekitar 4 tahun, atau anak Anda cenderung menyakiti dirinya sendiri atau orang lain ketika tantrum, mungkin ada baiknya jika Anda mengonsultasikan kepada penyedia layanan kesehatan anak di sekitar tempat tinggal Anda.

1 komentar:

  1. waw terimakasih infonya kak , saya jadi tidak kesusahan dalam belajar . semangat!!!

    BalasHapus

Beri komentar atau masukan ya :)