Pada tanggal 26-27 Agustus 1883, setelah 3 bulan mengeluarkan uap panas, Gunung vulkano Krakatau yang berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra melontarkan abu dan batu dengan volume sebanyak 17 kilometer kubik. Letusan gunung vulkano ini merupakan salah satu letusan gunung berapi terbesar yang pernah terjadi dan terlihat di dunia. Gambar di samping ini dibuat pada tahun 1883 dan menggambarkan kondisi pada saat itu.
Dampak tragedi Krakatau ini sungguh luar biasa, bahkan sampai mempengaruhi hampir seluruh dunia saat itu. Letusan Gunung Krakatau tersebut menyebabkan gelombang tsunami yang sangat besar dengan tinggi gelombang mencapai 40 meter. Jika kita bandingkan dengan tinggi patung Liberty di Amerika Serikat, maka tinggi gelombang tsunami akibat letusan Gunung Krakatau itu 3 meter lebih tinggi daripada patung Liberty. Dan 10 meter lebih tinggi daripada gelombang tsunami yang pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004.
Lewat berbagai penelitian dan simulasi tsunami di laboratorium, diyakini bahwa luncuran piroklastik atau awan panaslah yang membangkitkan tsunami, sebagaimana yang disampaikan oleh geolog yang meneliti paleotsunami, Gegar Prasetya. Hal itu menyebabkan kerusakan daratan yang sangat parah, yakni sebanyak 165 desa di Jawa dan Sumatra akhirnya tenggelam.
Dampak tragedi Krakatau ini sungguh luar biasa, bahkan sampai mempengaruhi hampir seluruh dunia saat itu. Letusan Gunung Krakatau tersebut menyebabkan gelombang tsunami yang sangat besar dengan tinggi gelombang mencapai 40 meter. Jika kita bandingkan dengan tinggi patung Liberty di Amerika Serikat, maka tinggi gelombang tsunami akibat letusan Gunung Krakatau itu 3 meter lebih tinggi daripada patung Liberty. Dan 10 meter lebih tinggi daripada gelombang tsunami yang pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004.
Lewat berbagai penelitian dan simulasi tsunami di laboratorium, diyakini bahwa luncuran piroklastik atau awan panaslah yang membangkitkan tsunami, sebagaimana yang disampaikan oleh geolog yang meneliti paleotsunami, Gegar Prasetya. Hal itu menyebabkan kerusakan daratan yang sangat parah, yakni sebanyak 165 desa di Jawa dan Sumatra akhirnya tenggelam.