Senin, Juli 25, 2016

Mengapa Anak Butuh Bermain dengan Ortu

Dalam artikel kali ini saya ingin menjelaskan, “Kenapa sih anak butuh bermain dengan ortu?”. Karena terus terang efeknya sangat baik bagi tumbuh kembang anak menurut para pakar dan pengalaman saya pribadi sebagai orangtua.

Peran Figur Orangtua
Ide menulis artikel ini diawali ketertarikan saya terhadap pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan yang menyampaikan bahwa kompetensi yang dituntut dari generasi abad 21 adalah kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Ayah dan bunda memiliki peran penting dalam menyiapkan generasi abad 21 agar memiliki kemampuan-kemampuan tersebut.

Peran ayah dan bunda dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat penting. Anak tumbuh dan berkembang membutuhkan dua figur, yaitu figur ayah dan figur ibu. Ayah memberikan pengalaman mengenai logika, tantangan, keberanian dan pengambilan keputusan. Sedangkan ibu memberikan kelembutan, kasih sayang, insting, imajinasi, dan tanggungjawab (Isti’anah, 2010: 18). Interaksi antara ayah dan bunda dengan anak akan mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Mengapa? ini karena kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi (Dewi, 2013: 1). Anak tanpa figur ayah dalam dirinya akan menjadi anak yang kurang percaya diri atau tidak pandai mengambil sikap. Anak tanpa figur bunda akan menjadi anak yang kurang bertanggungjawab dan miskin imajinasi. Oleh karena kritis dan kreatif membutuhkan setidaknya pengalaman imajinasi, logika yang baik, tanggungjawab, dan keberanian dalam mengambil keputusan, maka interaksi ayah dan bunda terhadap anak-anaknya sangat dibutuhkan agar terjadi transfer pengalaman-pengalaman tersebut dari orangtua kepada anak.

Komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak juga mempengaruhi kemampuan komunikasi anak. Menurut Wijanarko (2005: 39) bahwa untuk melatih anak untuk bisa berkomunikasi yang baik, peran orang tua sangatlah penting dalam memberi contoh, bagaimana suami dan istri menjadi teman bicara yang baik dan juga orang tua menjadi teman bicara yang baik bagi anak-anak. Orangtua dapat menciptakan kesempatan berkomunikasi yang baik dengan anak-anak sejak dini dengan memulainya melalui permainan. Media permainan bisa menjadi salah satu cara untuk mempermudah dalam memulai topik pembicaraan.

Manfaat Bermain dan Media Permainan
Bagi seorang guru sekalipun membutuhkan media pembelajaran untuk memudahkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini berlaku pula bagi orang tua dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan komunikasi pada anak-anak perlu menggunakan media permainan untuk mempermudah transfer pengetahuan dan pengalaman orang tua ke anak.

Kita tentu tahu bahwa sejak usia balita, manusia sudah melakukan aktivitas belajar. Anda tentu sering mendengar bahwa balita belajar melalui bermain, tapi mengapa balita dapat belajar dengan bermain? Hal itu karena sejak lahir, balita aktif dalam membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri. Mereka melakukan ini dengan melakukan percobaan, pengamatan, dan berpartisipasi dengan anak-anak lain dan orang dewasa melalui permainan.

Ketika anak-anak bermain lego dan puzzle maka mereka belajar tentang berpikir dari hal yang umum menjadi bagian-bagian yang khusus dan beberapa bagian yang khusus menjadi hal yang umum. Metode berpikir logika ini dikenal dengan istilah berpikir deduksi dan induksi. Metode deduksi adalah kesimpulan berpikir yang ditarik dari umum ke khusus. Sedangkan metode induksi adalah kebalikan dari metode deduksi. Di sini, kesimpulan ditarik atau dibentuk dari premis minor ke premis mayor (dari khusus ke umum) (Asmadi, 2005: 89). Kemampuan dalam berpikir deduksi dan induksi sangat mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam berpikir kritis dan memecahkan permasalahan secara kreatif.

Ketika anak-anak sedang menggambar atau mencoret-coret buku gambar atau papan maka mereka sedang mengembangkan salah satu kemampuan mereka dalam

Jumat, Juli 22, 2016

Sarapan Pagi yang Benar di Saat yang Tepat

Masih ingat dengan iklan layanan masyarakat yang mengatakan bahwa tujuh dari 10 pelajar di Indonesia tidak biasa sarapan atau makan pagi. Padahal dalam menu sarapan terdapat Zat Gizi Makro (Karbohidrat, Protein dan Lemak) dan Zat Gizi Mikro (Vitamin, Mineral). Kandungan karbohidrat akan merangsang glukosa (gula darah) dan zat gizi mikro dalam otak yang dapat menghasilkan energi. Hal itu juga dapat memacu otak agar mudah berkonsentrasi dalam belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran.

Terkadang kita mendengar ketika pelajar ditanya, “sarapan jam berapa?”, jawabannya bisa beragam ada yang pukul 06.00 atau dengan menjawab “nanti saja saat istirahat sekolah”. Sarapan atau makan pagi adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi seseorang. Kita bisa mengukur waktu sarapan kita sudah benar atau tidak dengan memperhatikan penjelasan berikut ini.

Biasanya orang makan malam sekitar pukul 19:00 dan baru makan lagi di pagi hari sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-12 jam mereka puasa. Dengan adanya puasa itu, cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh seseorang hanya cukup untuk aktivitas dua sampai tiga jam di pagi hari. Ingat tanpa sarapan, cadangan gula darah kita hanya sekitar DUA SAMPAI TIGA JAM di pagi hari. Kadar glukosa normal antara 70 hingga 110 mg/dL (milligrams/deciliter). Sehingga tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa di bawah normal. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing dan sulit berkonsentrasi. Itu semua karena kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi otak.

Nah, dengan begitu, kira-kira Anda bisa memperkirakan sendiri kapan seharusnya kita sarapan? Yang tepat adalah (setelah bangun b) sebelum memulai aktivitas atau sekolah. Sebagaimana yang disampaikan Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, bahwa sarapan itu dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik atau belajar.

Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja pencernaan, sehingga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Khusus bagi mereka yang mengalami masalah berat dalam berkonsentrasi, seperti anak-anak yang memiliki masalah ADHD, dianjurkan untuk mengonsumsi sarapan yang kaya dengan protein. Meskipun protein tidak menyembuhkan masalah disiplin mereka, namun protein dapat membentuk senyawa di otak yang membantu mereka untuk berkonsentrasi lebih baik. Selain itu, mengonsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang.

Beberapa orang mengatakan takut sarapan karena pengalaman mereka setelah sarapan malah bikin ngantuk. Sebenarnya bukan salah sarapannya, tetapi menu makanan yang dikonsumsilah penyebabnya. Menu sarapan yang bikin mengantuk biasanya yang tidak seimbang, misal karbohidrat yang tinggi atau terlalu banyak, lemak dalam jumlah tinggi, atau makan hingga kekenyangan.

Selama ini minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, dipercaya tidak akan membuat mengantuk. Ternyata BELUM TENTU.

Selasa, Juli 19, 2016

Apa Berita Hajat Anda

Hajat, mungkin inilah kata yang paling sopan yang bisa saya dapat, wkwkwk ... karena yang saya maksud adalah tinja atau kotoran ... atau berbagai alias yang ia sandang: poop, eo ok, iyek, dan lain sebagainya.

Artikel ini merupakan rangkuman terjemahan saya dari penjelasan William Blahd, MD, seorang spesialis emergency medicine, pada bulan september 2015 di sebuah situs kesehatan, WebMD.com. Blahd menjelaskan tentang hubungan kondisi tinja dengan kesehatan Anda. Serta beberapa mitos yang tersebar di masyarakat karena menjadi korban iklan seputar buang air besar (BAB). Rangkuman penjelasannya adalah sebagai berikut. Selamat mengamati ... (eh keliru) selamat membaca. ^_^

Anda mungkin pernah mendengar di acara talk show bahwa tinja yang sehat bisa dalam segala macam bentuk: melengkung, sosis, seperti ular, dan banyak lagi. Bentuk tinja tergantung pada seberapa banyak serat dan air yang Anda konsumsi setiap hari, serta seberapa cepat makanan bergerak di sepanjang usus Anda. Temui dokter Anda jika tinja Anda terlihat tipis dan sempit seperti pensil selama beberapa minggu. Ini bisa menjadi tanda masalah gastrointestinal. Gastrointestinal adalah hal yang berkaitan dengan sistem pencernaan, terutama lambung dan usus.

Ada sebuah mitos bahwa "Jika Anda tidak BAB setiap hari, racun berbahaya dapat menumpuk di dalam tubuh Anda" yang begitu tersebar meluas di masyarakat. Dan beberapa orang bahkan terobsesi dengan BAB yang teratur setiap hari dengan mengandalkan obat pencahar. Sebenarnya usus Anda cukup bagus dalam memerangi bakteri dan membuang racun. Tetapi jika Anda BAB hanya sebanyak tiga kali atau kurang dalam seminggu, itu merupakan pertanda Anda sembelit.

Banyak buah berserat tinggi dan sayuran yang dapat mendorong gerakan usus secara teratur. Ada nama buah yang masing jarang dikonsumsi di Indonesia (termasuk saya, cuma tahu fotonya doang ... wkwkwk) tapi buah ini sangat baik untuk melancarkan pencernaan, yaitu buah plum. Buah plum memiliki kandungan tinggi sorbitol, yaitu gula alami yang bertindak sebagai pencahar. Studi menunjukkan bahwa plum dapat membantu lebih banyak kasus sembelit daripada menggunakan suplemen serat.

Makanan yang Anda makan akan keluar sebagai tinja biasanya diperlukan waktu sekitar