Tampilkan postingan dengan label IPS - Psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IPS - Psikologi. Tampilkan semua postingan

Kamis, Juni 28, 2018

Kecerdasan Warisan IBU, apa peran AYAH?

Mitokondria, adalah salah satu bagian sel yang berperan penting untuk membentuk kecerdasan anak. Mitokondria dari sel sperma ayah ada pada bagian ekornya, yang kemudian dilepas dan dibuang saat membuahi sel telur dalam rahim ibu. Sedangkan mitokondria dari sel telur ibu tetap utuh. Sehingga, secara genetik, kecerdasan anak merupakan dominan warisan IBU.

Genetika IBU yang diturunkan ke anak dan kondisi ibu saat mengandung, pengaruhnya sebanyak 75% terhadap kecerdasan anak. Sedangkan 25% tergantung pola asuhan Ayah Bunda (keluarga) dan lingkungan pergaulan. Genetik ayah yang dibawa sperma menentukan jenis kelamin anak.

Subhanallah, itulah mengapa Allah mengibaratkan IBU adalah tempat bercocok tanam, dan AYAH sebagai petaninya, sedangkan ANAK diibaratkan benih yang sedang ditanam dan dirawat hingga menjadi tumbuhan yang bermanfaat.

Al-Baqarah ayat 223: "Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman."

Tumbuhan tidak akan tumbuh sehat meski tumbuh di tanah yang subur, jika petani jarang menyiraminya dan menjaga kesuburan tanah. Tumbuhan juga akan tumbuh dengan baik, jika petani mampu mengatasi hama yang mengganggu dan mengondisikan tanaman pada lingkungan yang cukup sinar.

Itulah mengapa, dari perumpamaan tersebut, PERAN AYAH sangat penting dalam memberi nafkah lahir dan batin, mental dan spiritual, aqidah, dan kemampuan hidup/survive setiap anaknya, melengkapi kecerdasannya. Sehingga tak pantaslah istilah "pasrah bongkokan" bahwa pendidikan anak hanya diserahkan ke istri, sedangkan ayah hanya seperti mesin ATM, karena ini menyalahi petunjuk Allah.

Dan bagi setiap ANAK, haruslah menghormati kedua orangtuanya, terutama ibunya. Sebagaimana Rasulullah menyampaikan siapakah yang harus kamu hormati yaitu ibumu ibumu ibumu (75%) kemudian ayahmu (25%). Prosentase besar dan kecil, semuanya menentukan kecerdasan anak.

Dan bagaimana peran seorang IBU, jadilah ibu-ibu yang terdidik dengan baik, menjaga asupan gizi, menjaga kesehatan selama kehamilan, dan berperan aktif pula dalam pola asuh anak.

Sumber:
http://www.morinagaplatinum.com/article?slug=tingkat-kecerdasan-anak-adalah-warisan-dari-ibu
http://www.rul-sq.info/2013/10/istri-sebagai-kebun-suami-adalah-petani.html?m=1

Senin, Desember 25, 2017

Modifikasi Perilaku Anak Usia Dini dengan Reinforcement

Eksperimen pertama, target berhasil dicapai mas arvin dalam waktu 17 hari.

Eksperimen kedua, berhasil dicapai mas arvin dalam waktu 19 hari.


Nah pada Kotak Prestasi Arvinza di eksperimen ke-3 dibuat peraturan baru hasil evaluasi dua eksperimen sebelumnya.

Aturannya sebagai berikut:
  1. Hadiah bersifat kejutan, tidak ditampakkan.
  2. Sanksi 1 sticker terkena "bom" (dilepas) setiap melanggar aturan tidur dan mandi.
  3. Sholat bersifat suka hati atau nego tanpa sanksi. Masih usia 3,5 tahun hanya pengenalan sholat.
  4. Tertib waktu tidur dan suci (tanpa ngompol) dapat 1 sticker.
  5. Tertib waktu mandi dapat 1 sticker.
  6. Kebiasaan merapikan mainan sudah terbentuk sehingga tidak dimasukkan dalam aturan kotak prestasi.

Di eksperimen yg ke-3 ini, alhamdulillaah mas arvin sdh bisa memahami konsekuensi/resiko/ganjaran/sanksi dari setiap perbuatan. Bisa menimbang untung dan rugi setiap perilaku. Proses dealing atas aturan yg akan diberlakukan direspon dgn wajah penuh semangat & kata "sip, okey 👍", respon yg mengejutkan bagi saya dari anak balita.

Proses pembuatan/revisi aturan di atas, setelah melakukan evaluasi dan diskusi bersama dgn bunda dan baca2 referensi artikel penelitian yg terkait "reinforcement thd perilaku" dan konsep pahala yg ada pada Alqur'an. Kotak prestasi diperkirakan terpenuhi secepat2nya 30 hari.

Bismillaah semoga bisa membentuk kepribadian yang kritis, evaluatif, disiplin, sabar, percaya diri, dan soleh. Aamiin.
#SekedarShareBarangkaliBerguna download sticker yang saya pakai: klik di sini

download kotak prestasi arvin: klik di sini

Selasa, Agustus 02, 2016

Semua Lagu Tentang Truk

Lagu nina-bobo ala mas arvin. Gak mau lagu ninabobo yang biasa, pinginnya yang tentang TRUK, agar mau tidur gak pakai nenen (disapih). ^_^ Akhirnya tadi malam, ayah bundanya harus berusaha ngarang lagu ... sebisanya. Wkwkwk.

Lagu #1

TRUK DEREK (menggunakan irama "Kupu-kupu yang lucu")

Truk derek oh truk derek, menarik mobil rusak.
memakai kait kuat, antarkan mobil yang rusak
ke bengkel yang terdekat, untuk diperbaiki.
truk derek oh truk derek, kau baik hati.
^_^

#NyuwunSewuNggih Ibu Sud

Lagu #2

TRUK DUMP (menggunakan irama "Helly")

Aku lihat truk dump yang besar, melintas di jalan.
Memuat pasir serta batu, badannya penuh debu.
truk dump ngeng-ngeng-ngeng oh truk dump ngeng-ngeng-ngeng
suka kerja keras.
truk dump ngeng-ngeng-ngeng oh truk dump ngeng-ngeng-ngeng
kau tak pernah malas.
^_^

#NyuwunSewuNggih Pak Nomo Koeswoyo

Lagu #3

TRUK PENGADUK (menggunakan irama "Paman datang")

Kamis, Juli 28, 2016

Buku Lirik dan Not Lagu Anak

Endraswara (2009: 66) mengatakan bahwa yang disebut lagu anak-anak ialah lagu yang bersifat riang dan mencerminkan etika luhur. Lagu anak merupakan lagu yang biasa dinyanyikan anak-anak. Sedangkan Murtono (2007: 45) menjelaskan bahwa syair lagu anak-anak berisi hal-hal sederhana yang biasanya dilakukan oleh anak-anak.

Pada tahun 1960-an, lagu anak-anak mulai bermunculan di negeri ini. Dan bisa dikatakan bahwa pada tahun 1980 sampai dengan tahun 2000 adalah masa kejayaan lagu anak-anak. Pada masa itu banyak bermunculan penyanyi-penyanyi cilik dan pencipta lagu anak-anak seperti A. T. Mahmud, Papa T Bob, Pak Kasur, Bu Kasur, Didi Kempot, Nomo Koeswoyo, dan lain-lain. Lagu anak-anak tersebut dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, antara lain perkembangan fisik, motorik, kognitif, psikomotorik, bahasa, dan khususnya aspek-aspek sosial.

Menurut Masitoh, dkk dalam bukunya yang berjudul “Strategi Pembelajaran TK”, menjelaskan bahwa manfaat bernyanyi antara lain dapat menenangkan anak, mengatasi kecemasan ketika anak merasa tidak nyaman,sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan, dan dapat membantu perkembangan daya ingat anak.

Sedangkan Fathur Rasyid dalam bukunya yang berjudul “Cerdaskan Anakmu dengan Musik” menjelaskan bahwa menyanyi banyak manfaatnya antara lain:

  1. Mendengar dan menikmati nyanyian
  2. Mengalami rasa senang ketika bernyanyi bersama
  3. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan suasana hati
  4. Belajar mengendalikan suara
  5. Mengeksplorasi rasa dalam diri
  6. Kemampuan memperagakan
  7. Kemampuan berkreativitas
  8. Memperkenalkan pemahaman sisi kemanusiaan
  9. Kepekaan rasa
  10. Konsentrasi yang terarah
  11. Menanamkan kreativitas
  12. Menambah perbendaharaan kata
  13. Dapat menyehatkan
  14. Bisa mengontrol perkembangan.

Dengan mempertimbangkan manfaat mendendangkan lagu anak-anak di atas, akhirnya saya memutuskan untuk mengumpulkan beberapa lirik lagu anak-anak dalam bentuk buku yang disertai not angka lagu. Saya berhasil mengumpulkan 26 lagu saja. Sebenarnya ide ini dimulai dari inisiatif istri saya yang ingin mengajarkan lagu anak-anak menggunakan alat musik pianika kepada anak kami. Silakan diunduh atau di-download gratis. Setelah diunduh, silakan diprint dan dijilid. Beres ^_^.

Download Buku Lirik dan Not Lagu Anak di sini.

Senin, Juli 25, 2016

Mengapa Anak Butuh Bermain dengan Ortu

Dalam artikel kali ini saya ingin menjelaskan, “Kenapa sih anak butuh bermain dengan ortu?”. Karena terus terang efeknya sangat baik bagi tumbuh kembang anak menurut para pakar dan pengalaman saya pribadi sebagai orangtua.

Peran Figur Orangtua
Ide menulis artikel ini diawali ketertarikan saya terhadap pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan yang menyampaikan bahwa kompetensi yang dituntut dari generasi abad 21 adalah kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Ayah dan bunda memiliki peran penting dalam menyiapkan generasi abad 21 agar memiliki kemampuan-kemampuan tersebut.

Peran ayah dan bunda dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat penting. Anak tumbuh dan berkembang membutuhkan dua figur, yaitu figur ayah dan figur ibu. Ayah memberikan pengalaman mengenai logika, tantangan, keberanian dan pengambilan keputusan. Sedangkan ibu memberikan kelembutan, kasih sayang, insting, imajinasi, dan tanggungjawab (Isti’anah, 2010: 18). Interaksi antara ayah dan bunda dengan anak akan mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Mengapa? ini karena kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi (Dewi, 2013: 1). Anak tanpa figur ayah dalam dirinya akan menjadi anak yang kurang percaya diri atau tidak pandai mengambil sikap. Anak tanpa figur bunda akan menjadi anak yang kurang bertanggungjawab dan miskin imajinasi. Oleh karena kritis dan kreatif membutuhkan setidaknya pengalaman imajinasi, logika yang baik, tanggungjawab, dan keberanian dalam mengambil keputusan, maka interaksi ayah dan bunda terhadap anak-anaknya sangat dibutuhkan agar terjadi transfer pengalaman-pengalaman tersebut dari orangtua kepada anak.

Komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak juga mempengaruhi kemampuan komunikasi anak. Menurut Wijanarko (2005: 39) bahwa untuk melatih anak untuk bisa berkomunikasi yang baik, peran orang tua sangatlah penting dalam memberi contoh, bagaimana suami dan istri menjadi teman bicara yang baik dan juga orang tua menjadi teman bicara yang baik bagi anak-anak. Orangtua dapat menciptakan kesempatan berkomunikasi yang baik dengan anak-anak sejak dini dengan memulainya melalui permainan. Media permainan bisa menjadi salah satu cara untuk mempermudah dalam memulai topik pembicaraan.

Manfaat Bermain dan Media Permainan
Bagi seorang guru sekalipun membutuhkan media pembelajaran untuk memudahkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini berlaku pula bagi orang tua dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan komunikasi pada anak-anak perlu menggunakan media permainan untuk mempermudah transfer pengetahuan dan pengalaman orang tua ke anak.

Kita tentu tahu bahwa sejak usia balita, manusia sudah melakukan aktivitas belajar. Anda tentu sering mendengar bahwa balita belajar melalui bermain, tapi mengapa balita dapat belajar dengan bermain? Hal itu karena sejak lahir, balita aktif dalam membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri. Mereka melakukan ini dengan melakukan percobaan, pengamatan, dan berpartisipasi dengan anak-anak lain dan orang dewasa melalui permainan.

Ketika anak-anak bermain lego dan puzzle maka mereka belajar tentang berpikir dari hal yang umum menjadi bagian-bagian yang khusus dan beberapa bagian yang khusus menjadi hal yang umum. Metode berpikir logika ini dikenal dengan istilah berpikir deduksi dan induksi. Metode deduksi adalah kesimpulan berpikir yang ditarik dari umum ke khusus. Sedangkan metode induksi adalah kebalikan dari metode deduksi. Di sini, kesimpulan ditarik atau dibentuk dari premis minor ke premis mayor (dari khusus ke umum) (Asmadi, 2005: 89). Kemampuan dalam berpikir deduksi dan induksi sangat mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam berpikir kritis dan memecahkan permasalahan secara kreatif.

Ketika anak-anak sedang menggambar atau mencoret-coret buku gambar atau papan maka mereka sedang mengembangkan salah satu kemampuan mereka dalam

Kamis, Maret 24, 2016

Mencoba Fun Handprint Activity

Judul lukisan: "Obok-obok kolam ikan"
oleh Ayah dan mas Arvin
Fun handprint activity (masih belajar, edisi mencoba ^_^ ) ... karya ayah dan arvin. Handprint bunda di lembar berikutnya ya ... tempatnya sudah nggak cukup, bun :D hehehe.

Apa sih manfaatnya kegiatan handprint ini?
Fun handprint activity termasuk dalam kategori keepsake crafts (keepsake = kenang-kenangan. Craft = kerajinan). Kegiatan ini bisa digunakan untuk merekam pertumbuhan anak. Tidak hanya handprint tetapi bisa juga footprint. Hasil karya ini bisa digunakan sebagai pajangan yang unik dan bisa juga sebagai bahan cerita dan diskusi orang tua ke anak, terutama ketika anak menginjak di usia berikutnya. Ketika anak diajak untuk mengamati dan membandingkan hasil handprint atau footprint dari bulan ke bulan, orang tua bisa menjadikan hasil karya ini sebagai pengantar diskusi tentang pertumbuhan yang sedang dialami oleh si kecil. Diskusi ini bisa dikembangkan bahwa seiring dengan pertumbuhannya, perkembangan kemampuannya juga bertambah, dan seyogyanya termasuk tanggungjawab dan kemandiriannya pula.

Dengan kata lain, hasil karya handprint dan footprint bisa menjadi salah satu media pembelajaran nilai-nilai dan pengetahuan dari orang tua dan anak. Dari interaksi ini anak bisa mendapatkan pengetahuan yang berharga dan interaksi yang berkualitas dengan orang tuanya, serta dapat pula meningkatkan kemampuan berbahasanya. Menurut Keith Topping, seorang profesor di Sekolah Pendidikan di Universitas Dundee - UK, bahwa kualitas interaksi antara orangtua dan anak yang tinggi terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak dibanding banyak waktu yang dihabiskan bersama anak dengan kualitas interaksi yang rendah.

Oke sekilas saja mengenai manfaatnya. Untuk membuat keepsake craft semacam handprint ini, tidak perlu bahan-bahan yang mahal atau sulit dicari. Gunakan saja apa yang ada di sekitar kita.

Bahan:

  1. kalender 2016, bisa juga kalender bekas. Gunakan yang model digantung di dinding.
  2. cat air dan kuas
  3. kertas asturo putih
  4. lem kertas atau doubletape

Langkah-langkah:

  1. Tempelkan kertas asturo di kalender. Kalau tanggalnya masih dipakai (punya saya kalender 2016) ya ukur dulu kertas asturonya dan sesuaikan sebelum di tempel sehingga hanya menutupi gambar kalender dan tidak menutupi bagian tanggalnya.
  2. Imajinasikan dulu gambar apa yang ingin dibuat. Diskusikan dulu dengan pasangan Anda dan anak Anda.
  3. Basahi tangan si kecil dengan air dan beri cat air dan ratakan di telapak tangannya. Tempelkan telapak tanggannya ke atas kertas asturo.
  4. Hias handprint yang sudah dibuat. Bentuk menjadi beraneka ragam gambar, misalkan gambar ikan, gurita, dan lain sebagainya.

tanda tangan pelukis ^_^
Kami masih belajar, judulnya "Obok-obok kolam ikan" (padahal waktu itu inginnya gambar rumput laut dan ikan" ... hehehe), dan menurut kami hasilnya masih kurang memuaskan ^_^. Tapi si kecil sudah senang setiap kali melihat lukisan tangannya dan berceloteh (belum jelas) seraya menjelaskan bahwa itu lukisannya. Apalagi waktu itu saya ajak untuk menuliskan tanda tangannya, saya kasih contoh dan si kecil menirunya. Tanda tangan anak saya lucu. :D ... "bagus mas tanda tangannya"

Sebagai bahan inspirasi bentuk lukisan apa saja yang bisa dibuat, berbagai macam bentuk handprint dan footprint lainnya bisa dilihat di sini:

Senin, Maret 14, 2016

Tips Membuat Bookshelf untuk Anak

Sudah lama kami ingin memiliki rak buku atau bookshelf, namun baru kali ini kami menemukan cara membuat bookshelf yang mudah, murah, dan menarik. Koleksi buku jika diletakkan di laci-laci yang tertutup tampaknya kurang memotivasi kami untuk membaca lagi. Ini karena mata ini tidak leluasa melirik buku-buku tersebut kembali. Apalagi pas butuh, agak susah mencari-cari terlebih dulu di dalam laci.

Nah, terlebih sekarang ini kami memiliki putra yang usianya masih 20 bulan, juga mulai gemar dengan buku bacaan. Dia mulai menyenangi buku-buku cerita atau dongeng yang kami bacakan. Sesekali dia juga bertingkah seolah-olah sedang membaca buku dongeng yang sedang dia pegang ^_^. Sayang jika hobby bagusnya ini tidak didukung.

Oleh karena itu kami merasa rak buku menjadi kebutuhan kami karena manfaatnya yang cukup penting untuk anak kami, di antaranya:
  1. Mempermudah dia menemukan buku-buku cerita yang dia ingin baca (dengar) kembali. 
  2. Membiasakan diri untuk merapikan kembali buku-buku sesuai tempatnya (rak buku atau bookshelf)
  3. Mengajarkan  salah satu konsep matematika, yaitu mengelompokkan. Konsep matematika untuk anak-anak balita bukan hanya sekedar menghitung, tetapi bisa juga dengan mengelompokkan barang-barang dengan tepat, semisal buku-buku ditempatkan di rak buku, sedangkan mainan-mainan di keranjang mainan.
  4. Merangsang putra kami untuk gemar membaca. Hal ini bagi kami penting sekali. Manfaat membaca di antaranya adalah untuk perkembangan bahasanya, melatih memusatkan perhatiannya, menghubungkan informasi, serta mengembangkan kecerdasan sosial dan kognisinya.
  5. Ke depannya, rak buku tersebut bisa menjadi tempat dia meletakkan hasil karya tulisannya sendiri atau sebagai tempat buku-buku referensi untuk proyek-proyek karya dia lainnya. We hope so, insyaAllaah ... amiin.
Hal-hal tersebutlah yang membuat kami ingin segera membuat rak buku. Kami ingin memulai dari rak buku untuk anak kami yang tentunya sesuai dengan budget yang ada :D ... hehehe

Dari hasil searching kesana-kemari, ada rak buku yang cukup simple, mudah untuk dibuat, dan bagus. Rak buku tersebut menggunakan talang air. Yup, betul sekali, talang air yang biasanya untuk mengalirkan air dari genteng rumah bisa dirubah manfaatnya menjadi sebuah rak buku yang menarik.

Tutorial yang saya temukan di youtube kebetulan dari negeri paman Sam, mereka rata-rata menggunakan talang air dari bahan seng. Sedangkan di Indonesia, talang air dari bahan PVC, ada yang berbentuk setengah lingkaran dan ada yang kotak. Saya pakai yang kotak.

Bahan yang dibutuhkan:
  1. Talang air yang bagus untuk membuat rak buku adalah yang kuat dan tidak mudah melar, biasanya merek Masp*on yang bagus. Harganya Rp91.000 (per 4 meter) saat membelinya di bulan Maret 2016.
  2. Tutup talang. Setiap rak membutuhkan sepasang tutup talang.
  3. Lem PVC
  4. Sekrup untuk memasang rak talang.
  5. Fisher (jika dibutuhkan). Ini untuk menguatkan posisi sekrup di dinding.
  6. Cat minyak untuk mewarnai talang agar bagus.
  7. Manik-manik, kain flanel, dan lem tembak (jika dibutuhkan) untuk menghias rak buku.

Langkah-langkah:

Senin, Februari 22, 2016

Magnetis Game Melatih Tangan Anak

Ide membuat mainan ini berawal dari keinginan kami untuk melatih dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak kami. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata, tangan dan kemampuan pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya. Kemampuan motorik halus sangat penting karena kemampuan ini sering digunakan baik dalam kegiatan sehari-hari maupun akademik, contohnya mengikat tali sepatu, mengkancingkan baju, menarik resleting, persiapan dalam menulis permulaan, mewarnai gambar, menggunting gambar dan menempelkannya di kertas. Mengingat pentingnya hal tersebut, kami memutuskan untuk menyediakan game sebagai media latihan motorik halus yang menyenangkan.

Awalnya kami ingin beli jadi saja, searching di toko mainan anak online, melihat contoh-contohnya, dan membandingkan harganya. Ternyata tidak ada satu pun yang kami rasa mantap secara bentuk produk dan harganya. Lalu kami putuskan untuk bikin sendiri saja. Sepertinya lebih murah. (Dan ternyata memang sangat amat murah 6 kali lipat lebih murah dari yang dijual baik oleh toko online maupun offline). Magnetis game untuk melatih tangan anak kami ini, kami beri nama Magnet Maze Wall.

Bahan
  1. Enam atau tujuh lembar kardus bekas ukuran 30 cm x 50 cm, harga Rp 0 (cari-cari di gudang).
  2. Akrilik ukuran 30 cm x 50 cm, harga Rp 30.000.
  3. Lem putih merek Ra*awali (cuma butuh dikit, sekitar seperempat bungkusnya).
  4. Enam biji sekrup panjang dan 2 biji sekrup pendek.
  5. Pipa 1/2" bekas, atau kotak karton kemasan kecil.
  6. Kertas hias atau kalender bekas.
  7. Kawat tipis untuk bola-bolanya, atau bisa juga bola-bola klaker sepeda motor yang rusak.
  8. Lem tembak
  9. Satu magnet bundar kecil, harga Rp 2.500.

Langkah-langkah
  1. Tumpuk dan beri lem putih di tiap lembaran kardus bekas tersebut hingga menjadi satu.
  2. Lapisi dengan kertas hias atau kalender bekas. Rekatkan dengan lem.
  3. Buatlah gambar maze yang diinginkan di atas kertas hias tersebut. Kemudian

Kamis, Februari 11, 2016

Kenapa Anak Saya Marah

Mengapa anak saya tiba-tiba marah beberapa hari ini? pertanyaan itulah yang terlintas dalam pikiran saat melihat perubahan kondisi psikologi si kecil yang sudah masuk usia 19 bulan. Biasanya rajin bangun pagi dan langsung mandi pagi, bahkan jam 5 pagi pun dia biasanya sukacita untuk mandi, bersedia untuk dipijat dan kemudian jalan-jalan pagi, ayah berangkat kerja mau salim, cium jauh, dan "da-da". Tapi hal itu tidak terjadi beberapa hari ini. Setelah baca artikel sana-sini ternyata masalahnya adalah si kecil dibiarkan telat bangun. Setelah dipraktekkan dan dikondisikan bangun sesuai jam rutinitasnya dan tanpa dipaksa, akhirnya terbukti, si kecil tidak lagi marah-marah saat pagi hari. Namun, hal itu hanyalah sebagian kecil dari fenomena yang terjadi pada dunia anak-anak, yang dikenal dengan istilah TANTRUM (temper tantrum). Dan solusi di atas hanyalah sebagian kecil cara mengatasi tantrum. Lebih lengkapnya apa dan bagaimana mengatasi tantrum, berikut pengetahuan yang bisa saya himpun.

Pengertian
Tantrum adalah salah satu bentuk yang paling umum dari perilaku bermasalah pada anak-anak tetapi cenderung menurun dalam frekuensi dan intensitas begitu anak tumbuh. Pada balita, tantrum atau amukan dapat dianggap sebagai normal, bahkan sebagai pengukur dari kekuatan pengembangan karakter. Tantrum hanya sekadar tanda frustrasi yang berlebihan yang sesuai dengan usianya, dan akan berkurang seiring waktu diberi penanganan yang tenang dan konsisten. Namun Selma Fraiberg, psikoanalis anak, memperingatkan bahwa tekanan luar dan kontrol yang berlebihan dalam membesarkan anak bisa malah memrovokasi munculnya tantrum dan menanam bibit jiwa pemberontak pada diri anak.

Menurut perkembangan sosial emosi, anak usia 19-24 bulan memang mulai sering mengalami temper tantrum. Sebagaimana yang terjadi pada anak saya. Menurut saya, sebagai orangtua harus mau belajar bagaimana merespon dengan benar ketika anak tantrum sehingga anak bisa belajar mengendalikan emosinya sejak dini.

Nah, reflek beberapa orangtua dalam menangani tantrum anak biasanya dengan cara memberikan apa yang anak inginkan. Jelas, strategi ini tidak akan memberikan dampak yang baik dalam jangka panjang, karena anak Anda malah akan terbiasa tantrum setiap kali dia menginginkan sesuatu. Nah, kalau begitu bagaimana cara seharusnya menangani anak yang sedang tantrum? 

Cara Mengatasi Anak Tantrum
Langkah pertama dalam melunakkan anak yang sedang tantrum adalah

Selasa, Januari 19, 2016

Ayo Main Game Tan gram

Membuat mainan tangram magnet ini berawal dari kebiasaan anak saya (usia 18 bulan) yang sering mengelupas cat tembok rumah. Di satu sisi ada baiknya juga ketika dia melakukan kegiatan itu, yaitu untuk melatih kemampuan motorik halusnya. Hanya saja perlu disalurkan hobby barunya itu ke hal yang lebih baik ^_^. Akhirnya saya memiliki ide untuk membuat Tan gram Magnet yang ditempel di dinding rumah, sehingga si kecil bisa bebas berekspresi tanpa memperbesar luas cat tembok yang terkelupas ... hehehe.

Sekilas tentang tangram. Apa sih game tangram (baca: Tan Gram) itu? Tangram adalah permainan puzzle asal China yang sudah ada sejak tahun 1815 yang terdiri dari tujuh keping bangun datar, yaitu 1 buah jajargenjang, 2 buah segitiga siku-siku besar, 1 buah segitiga siku-siku sedang, 2 buah segitiga siku-siku kecil, dan 1 buah persegi. Pada awalnya jika ketujuh keping bangun datar tersebut ditata  maka dapat membentuk 1 buah persegi yang besar. Nah cara main game ini yaitu dengan membentuk tujuh kepingan tersebut tanpa tumpang tindih menjadi suatu bentuk sesuai imajinasi. Pada abad ke-19, pernah ada buku yang menunjukkan bahwa Tan gram dapat dirangkai menjadi bermacam-macam bentuk, yaitu sekitar 6.500 bentuk. Uwakehe rek ...*o* seruuu ... ayo main game tan gram yuk
Bentuk awal Tangram
Berbagai macam kreasi bentuk yang bisa dibuat menggunakan tangram:
Angsa
Anjing

Kamis, November 12, 2015

Mengapa Usia Remaja Tak Boleh Ngeeeng

Pagi hari ini tadi, ketika saya dalam perjalanan ke kantor, tiba-tiba "Ngeeeng ... ciiiiiiiit" ada suara ban berdecit dengan sangat keras menggesek aspal. Ternyata seorang anak SMP sedang mengendarai sepeda motor matic tengah berusaha keras untuk mengerem ban sepeda motornya menghindari pejalan kaki yang sedang menyeberang. Mungkin karena saking kencangnya dan kurang waspada, saya perhatikan dari kecepatannya dan lama suara decitan bannya, kurang lebih 12 meter dia sudah berusaha mengerem dan nyaris saja terjadi kecelakaan.

Saya yakin banyak dari pengendara juga mengeluhkan pengendara lain yang masih remaja berkendara di jalan raya. Tetapi remaja yang sudah berusia 17 tahun masih lebih baik dalam berkendara dibandingkan usia remaja yang di bawahnya. Usia 17 tahun sudah lebih bisa berhati-hati saat "Ngeeeng" ... mengendarai motor di jalan raya.

Sebenarnya sudah cukup jelas bahwa usia seseorang sangat mempengaruhi cara berkendaranya. Berdasarkan Pasal 81 ayat (2), (3), (4), dan (5) UU No. 22 Tahun 2009, persyaratan pemohon SIM perseorangan memiliki batasan usia minimal, antara lain disebutkan bahwa
1. usia 17 tahun untuk SIM A, C, dan D
2. usia 20 tahun untuk SIM B1
3. usia 21 tahun untuk SIM B2
Jadi jika ada anak di bawah usia 17 tahun yang diijinkan untuk mengendarai kendaraan bermotor, maka itu merupakan tindakan yang melanggar hukum.

Mengapa dibatasi usia minimal? Hal ini jelas karena salah satu faktor keamanan dalam berkendara sangat dipengaruhi oleh kematangan usia. Kepala Seksi Pelatihan Sub-direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Lalu Lintas (Kasilat Subdit Ditlantas) Polri, AKBP Subono menjelaskan, bahwa pada usia ini, anak dianggap mulai matang secara psikologis dan kognitif, sehingga bisa bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang dia ambil yang tidak hanya menyangkut keselamatan dirinya, tapi juga pengguna jalan lain.

Begitu pula menurut psikolog anak dari RS Pantai Indah Kapuk, Ine Indriani M.Psi, menjelaskan, “Secara psikologis, remaja berusia di bawah 17 tahun masih belum memiliki kestabilan emosi. Anak-anak usia segitu mudah sekali terbawa euforia karena ingin nampang”. Sehingga usia di bawah 17 tahun lebih baik tak boleh mengendarai kendaraan bermotor dulu.

Psikolog Efnie Indrianie juga ikut menjelaskan bahwa otak kanan manusia baru bisa berfungsi baik pada umur 17 tahun di mana berfungsi sebagai pusat kontrol diri, yakni kepekaan dan kepedulian anak akan sesuatu hal semakin besar, termasuk semakin baik dalam

Kamis, Oktober 22, 2015

Cara Belajar Tanpa Rasa Takut

Saya tertarik mempelajari hal ini, saat tiga kali saya mengetahui secara langsung anak saya mendapat perlakuan bullying dari temannya dan kemudian dia melawan, menolak, atau pun hanya menangis. Meskipun anak saya masih balita, begitu pula temannya, tetapi sepanjang pengetahuan saya, baik atau buruk kepribadian anak dapat dipengaruhi dari hasil didikan orang tuanya semenjak kecil, baik sengaja maupun tidak sengaja. Saya lantas berkeinginan untuk mempelajari penerapan anti bullying di sekitar anak pada umumnya, meliputi pengertian bullying dan macam-macamnya, penyebab munculnya pelaku bullying, penyebab anak di-bully, akibat dari tindakan bullying, dan cara mencegah serta mengatasinya.

A. Pengertian bullying
Bullying adalah menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara mental serta dilakukan secara berulang. Perilaku bullying bisa berupa tindakan fisik, verbal (lisan), dan mental. Umumnya korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.

B. Penyebab anak melakukan bullying

  1. Faktor keluarga, pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying saat mengamati permusuhan yang terjadi pada orang tua atau keluarga mereka, dan kemudian meniru tindakan tersebut kepada teman-temannya yang lemah. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku menindas dengan tujuan untuk meningkatkan status dan kekuasaannya”. Kemudian dari sinilah tindakan bullying tersebut berkembang.
  2. Faktor sekolah, pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying, tidak memberikan tindakan tegas terhadap pelaku bullying, dapat menyebabkan para pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku bullying mereka terhadap anak lain.
  3. Faktor kelompok sebaya, beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.


C. Penyebab anak menjadi korban bullying
Anak yang menjadi korban bullying adalah mereka yang memiliki harga diri (self esteem) yang rendah. Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Sehingga dapat diartikan, harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

Namun menurut Vera Itabilianana, seorang Psikolog Anak dan Remaja, anak yang memiliki self esteem tidak baik, dapat cenderung juga untuk melakukan hal buruk, seperti bullying kepada anak yang lebih lemah dari dirinya. Istilah saya mungkin balas dendam yang gak kesampaian, atau pelampiasan. Ini semua karena mereka tidak mengetahui kompetensi yang dimilikinya.

D. Akibat bullying pada korban bullying
Bullying berdampak secara fisik, psikis, dan sosial terhadap korban, semisal prestasi belajar yang menurun, kehilangan selera makan, sakit migrain, menarik diri dari pergaulan, rentan cemas dan depresi hingga bunuh diri, dan terganggu prestasi akademisnya dengan sering sengaja tidak masuk sekolah karena takut di-bully.

Dan, ingatlah lagi, bahwa bullying juga bisa menjadi penyakit yang dapat menyebar. Anak yang menjadi korban bully akan mem-bully anak lain.

E. Cara mencegah dan mengatasi praktek bullying terjadi pada anak
Pertama, peran orang tua.

Kamis, September 10, 2015

Lebih ke Seni atau Ilmiah ya

Otak Kiri dan Otak Kanan, dominan salah satu atau seimbang?

Keberbakatan, kepandaian dan kreatifitas ditentukan oleh struktur otak. Cerebaral cortex otak dibagi dalam dua belahan, belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpus callosum.

Belahan otak kanan menguasai dan mengatur belahan kiri badan, sedangkan belahan otak kiri menguasai dan mengatur belahan kanan badan.

Otak kiri digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan mengabaikan kerumitan warna dan irama.

Otak kanan digunakan untuk berpikir yang abstrak dan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta, dan bakat seni. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat dengan batasan ilmiah dan matematis. Kita dapat memfokuskan diri pada bentuk, warna-warni, dan kelembutan, dengan mengabaikan ukuran atau rumus yang mengikat.

Otak kiri bisa diibaratkan layaknya kantor elit yang ditata begitu sistematis dan dihuni orang-orang berseragam serba rapi. Mereka sangat tekun dan disiplin dalam bekerja. Sedangkan, otak kanan layaknya taman bermain yang ramai dikunjungi oleh orang-orang yang sedang melakukan beragam aktivitas. Mereka mengenakan pakaian yang berwarna-warni, bermain layang-layang, berjalan santai, berolahraga, melukis, bermeditasi, membaca buku.

Otak kiri memiliki kekuatan intelektual yang disiplin, fokus, logis, kritis, cerdas dan cermat berbahasa. Sedangkan, otak kanan lebih ke kekuatan emosional yang menyenangkan atau menggemparkan, intuitif, imajinatif, spontan dan naif.

Secara sederhana, Anda bisa mengecek belahan otak manakah yang cenderung dominan pada diri Anda dengan melihat gambar di bawah ini.

Rabu, Juni 10, 2015

Saran Para Ahli untuk Membangun Perilaku Positif Anak

Penegakan aturan yang konsisten memberikan kenyamanan bagi anak-anak. Anak akan kesulitan belajar tentang bagaimana berperilaku jika aturan-aturan yang telah disepakati antara anak dan orang tua ternyata dilanggar oleh orang tua sendiri. Semisal saat anak dalam kondisi merengek atau mengamuk (tantrum). Orang tua yang malu dan tergoda melanggar aturan saat anak tantrum dengan harapan segera diam saat tantrum, apalagi di tempat umum, malah akan membuat hidup jauh lebih sulit di kemudian hari (jangka panjang).

Artikel ini merupakan terjemahan bebas saya dari sebuah artikel yang berjudul "One time of leniency leds to a long battle with tantrum" yang diposting pertama kali oleh ellohello.com. Tujuan saya menerjemahkan artikel ini lebih ditujukan untuk saya pribadi sebagai orang tua, agar catatan tidak hilang, maka lebih baik diposting di blog sendiri ^_^. Namun, tidak menutup kemungkinan, bisa bermanfaat untuk para orang tua lainnya, tanpa bermaksud untuk menggurui, karena sama-sama belajarnya. Berharap juga ada orang tua yang bisa berbagi pengalaman atau pengetahuan seputar tema parenting yang dibahas yang bisa disampaikan pada kotak komentar di akhir artikel ini.^_^

Konsistensi, merupakan hal penting untuk orangtua dalam mengajarkan cara berperilaku kepada anak secara efektif. Begitulah saran dari para ahli untuk membangun perilaku positif anak.

Apa arti dari "konsistensi"?

Konsistensi berarti bahwa aturan dan harapan yang sama dari waktu ke waktu. Konsistensi membuat anak dapat memprediksi dan merasa jelas atas konsekuensi dari setiap tindakan mereka. Membebaskan pikiran mereka dari ketidak-jelasan tentang apa yang mungkin terjadi dan mengajarkan mereka untuk selalu mempertimbangkan terlebih dulu setiap tindakan yang akan mereka lakukan.

Anak-anak harus dapat memprediksi bagaimana orang tua akan berperilaku. Misal, ibu mengharapkan saya untuk menyikat gigi, jika saya tidak melakukan, saya tidak akan dibacakan cerita pengantar tidur. Sedangkan inkonsistensi dapat membuat anak merasa tidak yakin, tidak aman, dan bingung, contoh: kadang-kadang saya harus menyikat gigi, kadang-kadang tidak. Jika saya membuat keributan, saya biasanya tidak dimarahi, tapi ibu terkadang marah juga.

Mengapa konsistensi penting?

Konsistensi memberikan anak rasa aman. Mereka belajar mereka dapat mengandalkan orang tua mereka dan percaya bahwa kebutuhan mereka akan terpenuhi. Hal ini membantu dalam proses bonding antara anak dan orang tua.

Manfaat ketika orang tua menerapkan aturan rumah secara konsisten:
  1. Anak-anak dengan orang tua yang konsisten, mereka tidak mudah stres, lebih percaya diri.
  2. Lebih disiplin dalam melakukan kegiatan yang bersifat rutin, misal: waktu tidur, kegiatan setelah jadwal sekolah, waktu makan, dan lain sebagainya sehingga tumbuh kehidupan rumah yang lebih damai.
  3. Konsistensi membantu anak mengembangkan rasa tanggung jawab karena mereka tahu apa yang orang tua mereka harapkan dari mereka.

Efek positif dari pengasuhan yang konsisten akan dirasakan saat anak masuk usia remaja atau dewasa.

Namun anak-anak cenderung akan terus “menguji” orang tuanya terhadap aturan yang telah ditetapkan. Anak-anak akan cenderung "mendorong batasan-batasan" yang telah dibuat. Oleh karena itu, orang tua harus cukup bijak dan cerdas juga saat membuat aturan yang akan disepakati bersama.

Bagaimana saya bisa menjadi orang tua lebih konsisten?

Ada delapan saran terbaik dari para ahli:

Pertama: Pilih prioritas Anda!

Pertimbangkan dengan hati-hati, nilai-nilai apa yang penting bagi Anda dan keluarga Anda dan membuat aturan yang sesuai.

Senin, April 06, 2015

Penghambat Anak Menulis dan Solusinya

Terkadang, terlalu dini memaksakan anak memegang pensil dengan benar, seperti layaknya orang dewasa, ternyata bisa membuat masalah yang lebih besar bagi sang anak.

Ternyata kemampuan memegang pensil merupakan kemampuan yang lebih kompleks daripada apa yang sering Anda bayangkan. Seringkali, awal-awal, orang tua memberikan latihan yang terkadang ternyata latihan ini malah menjadi penghambat kemampuan anak dalam menulis. Sebuah artikel berjudul "Is your child using the pencil correctly?" yang diposting oleh komunitas ellohello.com, sebuah komunitas parenting yang memberikan beragam tips untuk tumbuh kembang anak, menjelaskan macam-macam latihan yang malah menjadi penghambat anak menulis, contohnya sebagai berikut:
1)    Mewarnai bangun datar, tidak keluar garis tepi.
2)    Menghubungkan titik-titik hingga membentuk suatu bentuk tertentu.
3)    Dan menggambar sederhana, semisal lingkaran.
Ketiga latihan tersebut sering kali diharapkan dapat mendukung kemampuan menulis anak. Dan ternyata, terkadang latihan tersebut malah menjadi penghambat anak dalam menulis huruf dan kata.

Menguasai ketiga latihan di atas menyebabkan anak lebih fokus hanya pada konten atau isi dari apa yang mereka tulis ketimbang tiga hal yang lebih penting berikut ini:
1)    mekanisme kontrol pensil,
2)    cara memegang pensil, dan
3)    kecepatan dan gerakan menulis.

Namun, rata-rata masyarakat mengabaikan ketiga hal tersebut. Ini dikarenakan masyarakat menginginkan anak-anaknya memiliki kemampuan akademisi yang lebih dini daripada pendahulunya, sehingga harus lebih dini pula menunjukkan pengetahuan mereka di atas kertas agar dapat dinilai.

Meskipun cara memegang pensil yang paling efisien adalah dengan cara “dynamic tripod grip”, cara memegang pensil dengan tiga jari, tetapi anak-anak memiliki beragam caranya sendiri, yang sifatnya bertahap, dalam memegang pensil di mana hal ini tidak membutuhkan intervensi dan modifikasi dari orang tua. Biarkanlah apa adanya, karena ini merupakan tahap perkembangan anak. Biarkanlah anak-anak melalui tahap perkembangan tersebut, sebelum mereka akhirnya berhasil atau mahir menggunakan cara memegang pensil “dynamic tripod grip” .

Berikut ini merupakan lima cara memegang pensil yang berkembang alami dari waktu ke waktu:


1) Fisted Grip (usia 1-2 tahun)
Anak-anak sering kali memegang alat tulis mereka seperti keris, menulis menggunakan seluruh lengan.
2) Digital Pronate Grip (usia 2-3 tahun)
Semua jari memegang alat tulis tetapi dengan pergelangan tangan diputar sehingga telapak tangan mengarah ke bawah menuju halaman buku. Sekarang, sebagian besar gerakan dari siku. Pada tahap ini, idealnya anak-anak bisa mulai meniru untuk membuat coretan berupa garis horisontal, vertikal, dan lingkaran.
3) Four Finger Grip (usia 3-4 tahun)
Empat jari memegang alat tulis. Sebagian besar gerakan melibatkan jari, tangan, dan pergelangan tangan yang bergerak sebagai satu kesatuan.

Sabtu, Maret 14, 2015

Perbedaan Berfikir Ilmiah dengan Sederhana

Sebelum kita membahas apa perbedaan antara berfikir ilmiah dengan sederhana, pengertian-pengertiannya, dan bagaimana penerapannya. Akan lebih mudah kita pahami jika kita ikuti kisah berikut ini terlebih dulu.

Tersebutlah sebuah kisah.
(Mohon dibaca dengan baik)

---
Suatu hari seorang profesor mengajak anaknya, yang masih kelas 1 SD, menuju ke kantornya, mumpung sekolah full day-nya sedang libur. Padahal sebenarnya sejak pagi, si anak ingin diajak ke taman bermain. Tetapi karena profesor tersebut sedang banyak tugas yang belum selesai di kantor, sedangkan dia juga single parent, tanpa pembantu. Tidak ada sanak famili yang lain yang bisa menemani si anak. Akhirnya dengan terpaksa, si anak membatalkan keinginannya ke taman bermain.

Setiba mereka di kantor, mereka disapa seorang wanita cantik yang biasanya sehari-hari bertemu dengan profesor di kantor. Terjadilah percakapan singkat antara si wanita, profesor, dan si anak.
Si wanita: “Selamat pagi, Prof!”
Profesor: “Ya, selamat pagi.” (sambil tersenyum)
Si wanita: “Anaknya ya prof, adududu manis sekali, mirip ayahnya.”
Profesor: “Iya, ini anak saya.” (sambil tersenyum)
Si wanita: “Adeek pastinya bangga ya punya ayah yang bergelar profesor.”
Si anak: “Tidak, aku tidak mau mengakui dia sebagai ayah saya.” (jawab dia dengan kesal)
Si wanita: “Lho nggak baik lho ngomong begitu, ayahmu khan baik sama kamu.”
Si anak: “...” (hanya diam, tidak mau menjawab)

Si wanita bingung dan memandang profesor. Profesor hanya bisa tersenyum.
---

Jawablah pertanyaan ini terlebih dulu
  1. Bagaimana pendapat Anda tentang kisah tersebut?
  2. Menurut Anda, apa karakter dari masing-masing tokoh tersebut? (si wanita cantik, si profesor, dan si anak)
  3. Siapakah yang sebenarnya bersalah dalam kisah tersebut?
  4. Solusi apa yang seharusnya dilakukan oleh profesor dan si wanita?

Ikutilah lanjutan cerita di bawah ini dan saya yakin Anda akan merubah kesimpulan Anda.

Selasa, Desember 16, 2014

Kapan Bayi Siap Belajar Membaca

sumber gambar: id.theasianparent.com
Apakah bayi usia 5 bulan sudah siap belajar membaca atau cukup pengenalan kata benda?

Pada usia 5 bulan bayi anda sangat suka pada pengulangan. Anda bisa memberikan stimulus dengan bermain semacam “ciluk baa”. Anda harus mulai mengajak bicara dengan bayi Anda dengan jelas dan baik. Anda juga bisa meniru apa yang diucapkannya, tirulah suara dia sebagai umpan balik. Dia akan senang jika anda sudi mengulangnya, karena pertanda ada komunikasi. Bayi senang dengan sesuatu yang diulang-ulang karena memori bayi masih lambat dan perlu diulang-ulang. Anda masih perlu menata sirkuit dalam otaknya.

Dr. Fowler membuat percobaan dengan menyebutkan kata secara berulang-ulang pada bayi muda (kata pendek 2-3 kata seperti ayah, bunda, bola). Ternyata pada umur 8 bulan, anak sudah dapat menyebutkan dengan sempurna apa yang didengar. Kemudian sirkuit otak anak tersebut semakin terlatih, dan usia 14 bulan sudah menguasai 100 kata, dan usia 15 bulan sudah menguasai 200 kata.

Teringat cara belajar Nabi Adam
– wa ‘alama adama asma kulaha … dan Allah telah mengajarkan kepada Adam tentang nama-nama benda semuanya. (QS. Al Baqorah 31). Ternyata model pendidikan yang dikembangkan Qur’an dengan memperkenalkan kosa kata benda yang banyak pada awal pendidikan.

Dr.Hunt juga menjelaskan bahwa memberi stimulus visual dan auditiv (penglihatan dan pendengaran) pada masa pertama akan menarik perhatiannya untuk masa kedua, ketiga, dan seterusnya.

Sementara Glenn Doman, pendiri The Institutes for the Achievement of Human Potential (IAHP), mengatakan belajar membaca sama mudahnya dengan belajar berbicara. Malah sebenarnya lebih mudah lagi, karena kemampuan melihat telah terbentuk sebelum kemampuan berbicara. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikenal anak. Ibu memperkenalkan kata-kata dengan cara alami, yaitu langsung menamai kegiatan atau benda yang dimaksud. Misalnya, pada saat memasukkan makanan ke dalam mulut, ibu menyampaikan bahwa kegiatan tersebut namanya makan tanpa memberikan penjelasan tentang pengertian makan.

Dari sini seharusnya kemampuan membaca akan berkembang secara alami bersamaan dengan kemampuan berbicara anak. Contoh lain, ketika anak memegang buah apel. Ibu akan memperdengarkan pada mereka bunyi kata apel, juga tulisan apel. Anak akan mendengar, menyentuh, membaui, dan dapat merasakannya langsung. Anak-anak telah belajar mengucapkan dan membacanya.

Metode Doman yang terkenal tersebut juga mengajarkan agar para orangtua untuk tidak hanya mengatakan kata-kata baru pada anak-anaknya, tetapi juga menunjukkan tulisan kata-kata dengan huruf cetak setinggi 7 cm, dan menempelkannya pada benda yang dimaksud.

Menurut Glenn Doman, selama orangtua bisa mengajarkan anak-anak dengan cara yang menyenangkan melalui kegiatan bermain, anak pasti menikmati. Orangtua harus menikmati waktunya saat mengajari anak. Jika orangtua mulai emosi, lelah, dan tidak dapat menikmati waktunya, demikian pula dengan anak, maka segera hentikan kegiatan belajar.

Sebelum mengajarkan anak membaca, kita harus mengetahui bahwa anak telah memiliki kesiapan belajar. Adapun tanda kesiapan membaca dapat diketahui dari beberapa hal berikut ini.
  1. Apakah anak dapat memahami bahasa lisan? misal ketika anak diminta mengambil bola, maka anak akan mengambil bolanya.
  2. Apakah anak dapat melafalkan kata-kata dengan jelas?
  3. Apakah anak dapat mengingat kata-kata?
  4. Apakah anak dapat mengucapkan bunyi huruf?
  5. Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?
  6. Apakah anak dapat membedakan bunyi dengan baik?
Jika keenam pertanyaan di atas mayoritas jawabannya "ya", maka itu pertanda anak sudah siap belajar membaca.

Menurut ilmuwan lainnya, seperti Dr. Jalaludin Rahmat, beliau menjelaskan pada bukunya yang berjudul "Cara otak belajar", bahwa waktu terbaik untuk belajar membaca sesuai dengan perkembangan otak justru pada usia sekolah dasar. Namun, hal ini berbeda dengan pendapat ilmuwan lainnya yakni Glenn Doman, bahwa belajar membaca bisa dimulai pada usia dini, dengan syarat melewati beberapa tahapan.

Tahapan belajar membaca menurut Glenn Doman,

Senin, Oktober 13, 2014

Manfaat Tugas Perkembangan Anak Usia Dini

Tabel Denver II
Setiap orang tua pastilah senang ketika melihat anaknya bisa mengangkat kepalanya sendiri untuk pertama kalinya. Atau perasaan senang orang tua ketika mendengar si kecil asyik mengoceh "ga ga gi gu ga" untuk pertama kali sambil si kecil bisa tertawa ngekek (apa ya bahasa Indonesianya "ngekek"?? ^-^). Apalagi bisa memanggil ayah atau bundanya \\^o^// ... luar biasa.

Setelah kami baca-baca artikel tumbuh kembang anak, ternyata ada beberapa tugas perkembangan yang penting dan seyogyanya dilaksanakan oleh setiap anak pada usia dini, 0-6 tahun. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematik, progresif, dan berkesinambungan, baik mengenal fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)-nya. Manfaat dari pemeriksaan kemajuan perkembangan anak menurut kami cukuplah penting, mengapa? karena agar kita selaku orang tua dapat segera memberikan stimulus yang sesuai di setiap masa perkembangan buah hati kita. Atau jika ada keterlambatan perkembangan pada anak kita, maka selaku orang tua bisa waspada dan dapat segera mencari solusinya atau mengonsultasikannya pada petugas kesehatan.

Ada sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia dini 0-6 tahun, yang disebut dengan Denver Developmental Screening Test (DDST). Dalam perkembangannya, DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II. Denver II adalah salah satu dari metode pemeriksaan terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.

Alhamdulillaah, dari tes denver tersebut, akhirnya kami mengetahui bahwa buah hati kami yang pada tanggal ini berusia 3 bulan memiliki perkembangan yang normal, dan stimulus yang harus kami berikan sebelum dia berumur 4 bulan tinggal berupa tugas latihan "duduk kepala tegak".

Diakhir artikel ini Anda bisa mengunduh atau men-download file tentang format tes Denver. Adapun hal-hal yang harus diketahui antara lain:

Kamis, Mei 01, 2014

Pentingnya Persiapan Karir Sejak Dini

Rata-rata siswa-siswi klas 3 SMA bermasalah dalam menjawab "milih kuliah apa?", dan "mau jd apa?".
Galau.
Terkadang juga berpikirnya simple atau ikut-ikutan... walhasil,saat sudah kuliah berujung pada kekecewaan,keterpaksaan,bahkan drop out dr kuliah, atau pindah ke jurusan lain.

Akhirnya jika kegalauan ini berlanjut, saat berkarir pun tidak maksimal, karena tidak yakin ini adalah dunianya.

Tidak sedikit mereka yang sangat mantap dengan karirnya sekarang, ternyata baru sadar bahwa karirnya sekarang ini ternyata sama sekali tidak berhubungan dengan title sarjana/diploma yang diambil, dan berkata "tahu gitu dulu sy ambil kuliah yang mengarah ke karir ini".

Yah gak apa apa lah toh tidak ada yang sia-sia.

Namun, alangkah lebih baiknya (efektif dan efisien) jika sejak dini bakat dan minat berusaha diketahui, diasah, bahkan sejak msh bayi...tentu saja peran ortu sangat besar di sini. Banyak buku dan para ahli yg dapat membantu para ortu dlm mewujudkan hal tersebut.

Karir bukan hanya jalan mencari uang, tetapi lebih dari itu. Karir adalah usaha yang kita pilih untuk mengabdi kepada Allah dlm membangun masyarakat menjadi lebih baik.

Oleh karena itu, dalam memilih karir dibutuhkan pemikiran yang mendalam, selain melihat bakat dan minat sejak dini, perlu juga para remaja diajak melihat apa saja kebutuhan/masalah di masyarakat.

Rabu, Mei 15, 2013

Tugas di Tiap Tahap Perkembangan

Perkembangan manusia mula-mula berada dalam keadaan bayi dengan ciri-ciri yang khas; kemudian bertambah besar dengan ciri-ciri yang khas pula yang disebut kanak-kanak. Setelah itu menjadi anak besar (puer), lalu menjadi remaja dan akhirnya dewasalah ia. Tiap masa ditandai dengan ciri-ciri tertetu serta kecakapan dan sikap tertentu, yang disebut tahap perkembangan.

Tugas Perkembangan Manusia
Tugas perkembangan menurut Havighurst ialah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya.

Tugas di tahap perkembangan bayi 0 – 2 tahun : berjalan, berbicara, makan makanan padat, kestabilan jasmani.

Tugas di tahap perkembangan anak usia 3 – 5 tahun : mendapat kesempatan bermain, bereksperimen, dan bereksplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.

Tugas di tahap perkembangan usia 6 - 12 tahun : belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan pembentukan kata hati,moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok social dan lembaga.

Tugas di tahap perkembangan anak usia 13 - 18 tahun : menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, mengembangkan nilai-nilai hidup.

Tugas di tahap perkembangan masa dewasa awal (18/21 – 30 tahun) : memilih pasangan, belajar hidup sebagai pasangan dalam perkawinan memulai kehidupan berkeluarga, memperkembangkan dan mendidik anak, mengelola kehidupan keluarga, menilai dan memantapkan pekerjaan, mengambil tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan Negara, menemukan kelompok sosial bagi dirinya.

Tugas di tahap perkembangan masa pertengahan (30 – 55 tahun) :