Jumat, Oktober 29, 2010

Pencemaran Suara di Darat dan di Laut

Pencemaran Suara di Darat dan di Laut

Ancaman serius selain pencemaran air, tanah, dan udara bagi kualitas lingkungan makhluk hidup adalah pencemaran suara. Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia disebut kebisingan. Pencemaran atau polusi suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melebihi 50 desibel (db). Pengukurannya menggunakan alat yang bernama Sound Level Meter. Oleh karena kebisingan dapat mengganggu lingkungan, maka kebisingan dapat dimasukkan sebagai pencemaran.

Suara dengan intensitas tinggi, seperti yang dikeluarkan oleh suara mesin pabrik atau industri, mesin penggilingan padi, mesin las, kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, suara kereta api, dan pesawat terbang secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang permanen. Banyak para buruh pabrik yang bekerja di tengah-tengah bunyi bising alat-alat pabrik merasakan efek buruk dari suara bising tersebut. Rata-rata dari mereka yang bekerja di tempat itu dan tidak menggunakan penutup telinga, selalu berbicara keras antara satu dengan yang lainnya, walau sudah berada di luar pabrik. Bukan karena kebiasaan mereka berbicara keras, tetapi karena kemampuan pendengaran mereka yang mulai berkurang. Oleh karena bunyi dapat dianggap sebagai bahan pencemar serius yang mengganggu kesehatan manusia, maka alat pengaman telinga harus digunakan jika kita bekerja di tempat yang rawan kebisingan.

Jenis-Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan ada empat macam, yaitu:
  1. kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan frekuensi yang sempit, misalnya: mesin gergaji.
  2. kebisingan yang terputus-putus, misalnya: suara arus lalu lintas atau pesawat terbang.
  3. kebisingan impulsif (tiba-tiba), misalnya: tembakan, bom, atau suara ledakan.
  4. kebisingan impulsif berulang, misalnya: suara mesin tempa, atau saat proses penancapan paku bumi di tempat proyek pembangunan.

Dampak Pencemaran Suara (Kebisingan)
Suara-suara bising ini dapat menyebabkan terganggunya pendengaran manusia. Selain itu, lama-kelamaan suara bising ini akan menimbulkan berbagai keluhan pada tubuh kita, misalnya pusing, mual, jantung berdebar-debar, sulit tidur, badan kaku, dan naiknya tekanan darah.

Dampak Pencemaran Suara terhadap Mamalia Laut
Mamalia laut (misalnya lumba-lumba sungai dan paus) tinggal di lingkungan di mana tidak terdapat cahaya yaitu di kedalaman yang jauh dari permukaan. Pada kedalaman lebih dari 200 meter cahaya tidak lagi menembus laut, dengan keadaan ini maka mamalia laut mengandalkan suara dibandingkan cahaya sebagai alat utama dalam berkomunikasi serta untuk lebih berhati-hati dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Di satu sisi, berdasarkan penelitian para ilmuwan, tingkat kebisingan di laut kini naik menjadi sepuluh kali lipat dari kondisi normal. Kita tahu bahwa suara merambat lebih cepat dan lebih jauh di dalam air dibanding di udara. Intensitas tinggi suara di lautan juga tidak berkurang dalam ratusan mil. Keadaan ini tentu sangat mengganggu kehidupan mamalia laut yang sangat peka terhadap suara.

Kebisingan di dalam laut disebabkan oleh:
  1. Sumber alami: aktivitas tektonik, gunung api dan gempa bumi, angin, dan gelombang.
  2. Lalu lintas kapal: Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut minyak biasanya mengeluarkan suara dengan level 190 desibel, dan untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya menimbulkan gelombang suara sekitar 160-170 desibel.
  3. Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak seperti pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dan lain-lain. Kegiatan tersebut dapat menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan 255 desibel.
  4. Penggunaan sonar dalam latihan militer. Sonar adalah alat yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menemukan benda dan menentukan letaknya di bawah permukaan air. Kegiatan tersebut dapat menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan 160 desibel.

Salah satu dampak kebisingan tersebut bagi mamalia laut disampaikan oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan Frantzis and Cebrian (1999), yakni terdamparnya belasan mamalia laut pada bulan Maret 2000 di Kepulauan Bahama (dekat Samudera Atlantik Utara). Dan juga terdamparnya beberapa Paus di Pulau Canary (Spanyol) dan Laut Ionia (dekat Itali).


Disusun dan ditulis oleh: OmCan
Sumber baca sana-sini: http://forum.upi.edu/, http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/, http://www.wdcs.org, http://oceanlink.island.net/, http://www.nrdc.org/wildlife/marine/, http://kamusbahasaindonesia.org/, http://id.wikipedia.org/wiki/.




belajar pendidikan, blog pengetahuan, kelas pengetahuan, knowledge blog, sekolah dasar dan menengah, KIDS GEt kNowledge, blogger, blogspot

2 komentar:

Beri komentar atau masukan ya :)